More Pisang Please ...

≈ MaKlumat ≈

Terhitung Mulai Tanggal 9 Juni 2009, Kelima blog (beserta seluruh Kontennya) atas nama Mbah MD sudah dilimpahKan Kepada CiPung aKa PungguK KooKKaburra.

Sebagai pewaris tahta Kerajaan KooKKaburra Bisnis Inc. THUS pemiliK tunggal (pemegang 100% saham) PungguK KooKKaburra (selanjutnya disebut "Owner"), memiliKi tanggung jawab dan Kewenangan sepenuhnya terhadap blog-blog tersebut.

MaKlumat ini dapat diubah dalam waKtu seKonyong-Konyong tanpa pemberitahuan sebelum dan sesudahnya.

ttd.

Owner
≈ PungguK KooKKaburra ≈

Sunday 3 February 2008

Marmite: One Man’s Meat is Another Man’s Poison

(Kookkaburra - Inggris)

Hi Zev dan para penikmat kopi, eh maaf – salah ketik, penikmat KoKi di seluruh penjuru alam maya semuanya. Kali ini Kookkaburra mau (maaf) ber-gosip-ria tentang “my mate” panggil saja Mas Marmite yang sangat doyan sama Marmite (di Australia dikenal dengan nama Vegemite sedangkan di Swiss disebut Cenovis.)

Kookkaburra lupa kapan pertama kali Kookkaburra “bersentuhan” dengan (“selai”) Marmite ini. Bisa jadi lewat iklan di majalah ataupun di televisi dengan slogan “You Either Love It or Hate It” nya itu. Tetapi, Kookkaburra tidak pernah lupa kapan dan dimana Kookkaburra bertemu dengan Mas Marmite dan ingat PDKT yang dilakukannya terhadap Marmite. Nah sebelum Kookkaburra menceritakan “perselingkuhan” Mas Marmite dengan Marmite-nya, kita simak dulu iklan-iklan-nya di sini.

Sekarang … kembali ke …. KoKi … eh salah … ke Marmite.

Marmite (lahir tahun 1902) termasuk sejenis “spread” yang di negara asalnya (Inggris) biasa dioleskan di atas sandwich ataupun toast. Tapi, menurut “Mr. Bond” (d.h. Bapak BONDan Winarno) yang punya kavling di “Jl. Sutra,” untuk yang orang tidak biasa, cara mengkonsumsi Marmite ini punya “pakem” tersendiri. Tak perlulah Kookkaburra cerita secara mendetil disini … ntar katanya “salah forum” … trus artikelnya “dilepeh” sama … (*sambil liat kiri kanan*) … Zev. Hehehe…

Adapun Vegemite, “sepupunya” Marmite, lahir di Melbourne pada tahun 1923. Konon kabarnya (kata “Mpok Wiki”) Vegemite, yang sudah menjadi makanan kebangsaan orang-orang di Australia ini ternyata ngetop juga di New Zealand. Sepanjang pengetahuan Kookkaburra, CMIIW, Marmite dan Vegemite biasanya dijual dalam bentuk kemasan-kemasan kecil untuk sekali makan atau dikemas dalam “jar” atau toples (eh gimana ejaan yang bener ya? “toples?” atau “stoples?” Yang jelas bukan “topless.” Hahaha! – salah eja dikit aja jangan “repot-repot” donk, hehehe. Oh yes! I’m Gus Dur’s follower.) Sementara itu Cenovis yang pertama kali diproduksi di Swiss pada tahun 1931 ada yang dikemas seperti pasta gigi.

Kembali ke ungkapan “Love it/hate it” itu tadi, di negara asalnya saja, Marmite/Vegemite/Cenovis ini ada yang pro (“Yummy”) dan ada yang kontra (“Yuks”). Mungkin, masih bisa diperdebatkan loh, Marmite dan “saudara-saudaranya” ini bisa disejajarkan dengan durian dkk (dodol duren, tempoyak) atau sambal dkk (terasi, petis) – yang bisa jadi merupakan “meat” (daging/makanan) bagi penggemarnya tapi menjadi “poison” (racun) bagi penghujatnya.

Bagaimana dengan kebiasaan Mas Marmite yang berasal dari Afrika ini? Mas Marmite, yang dulu satu sekolahan dengan Kookkaburra, ternyata punya kebiasaan yang mungkin oleh penggemar maupun penghujat Marmite dianggap super-duper aneh! Ternyata … oh ternyata … Mas yang hitam manis ini suka sekali minum teh dengan cara “meng-gula-i” teh-nya dengan Marmite! Asli bo! Ini dilakukannya bukan karena ketidak-tahuannya, tapi … memang sudah menjadi semacam ritual. “Yummy?” atau “Yuks?” – “One man’s meat is another man’s poison.” Apakah Mas Marmite memang benar-benar ingin tampil beda dan termasuk seseorang yang enggan dituduh sebagai anggota pasukan apa tuh … “be …?” Pasukan (burung) beo maksudnya gitu loh. Entahlah … yang pasti si Mas Marmite ini mau aja tuh minum teh meskipun tidak ada Marmite.

Tidak sedikit orang Indonesia yang tinggal di luar negeri punya keterikatan emosi yang berlebihan dengan makanan/masakan ataupun produk/merek tertentu. Kalau kecap harus “Kecap X,” kalau jamu harus “Jamu Y” dan kalau mie instant harus “Mie Z.” Pernah “terbaca” (tak sengaja membaca) di kolom “Greeting” KCM seseorang menulis pesan minta dikirimin mie rasa (ikan) cakalang dari Indonesia ke LN. Demikian juga halnya dengan “penggila berat” Marmite dari Inggris dan Vegemite dari Australia, ada yang fanatik dengan produk/merek dalam negeri mereka masing-masing. (Orang Swiss tidak begitu ambil pusing dengan Cenovis.)

Bentuk ketergantungan/kerinduan akan makanan “bangsa dewek” ini pernah dikemas oleh Melanie Tait, asli Australia, dalam bentuk pertunjukan bernuansa parodi dengan judul The Vegemite Tales yang cukup sukses di Inggris. Pertama ditampilkan pada tahun 2001 di Barons Court Theatre London dan sempat mentas dan berjaya di West End. Vegemite Tales ini oleh para kritikus ditanggapi dengan “Yummy” dan “Yuks” juga … ternyata.

Dalam mengkonsumsi makanan atau acara (TV, pertunjukan, etc.) atau mengenakan sesuatu (tas, sepatu, parem kocok, etc.), pasti ada merasa kok kalau nggak pake merek itu rasanya kurang “posh” dan kurang “nendang.” Kadang ada juga yang mesti dalam bentuk kemasan tertentu. Coca-Cola, misalnya, menurut orang-orang tertentu punya rasa dan “kelas” yang “berbeda.” Tentu dengan asumsi bahwa yang “pre-mix” itulah yang termurah apabila dibandingkan dengan Coca-Cola kaleng, botol plastik maupun botol gelas. Cara penyajiannya juga dapat membuat Coca-cola yang diminum dari cup kertas “kalah” rasanya dengan Coca-Cola yang disajikan dalam gelas – itu kata yang “fanatik.” Tentunya para kontributor KoKi/KoKo “paham” beda antara minum cappuccino dengan gaya “take away” (gelas kertas) sama gaya “sitting down” (cup, saucer dan mungkin plus biskuit-nya.)

Artikel-artikel di KoKi pun tampil dalam kemasan-kemasan tertentu. Yang “intelek” menurut si A bisa dianggap “gossip” oleh si B; Yang “aseli” (ditulis berdasarkan pemikiran sendiri) oleh si C dicurigai hasil “kutilan” (hasil dari mengutil sana-sini); Yang diceritakan dengan tulus dan “apa adanya” dibolak jadi ada “hidden agenda-nya” alias “pamer.” Sepertinya kok jadi serba salah ya? Sekilas terlihat ada yang cinta buta sama penulis tertentu di KoKi/KoKo dan adapula yang sudah antipati duluan pas baca namanya – seperti sikap kebanyakan orang terhadap Marmite. Penasaran dengan Marmite? Maukah Anda mencobanya?

Salah satu tip untuk dapat menikmati Marmite/Vegemite/Cenovis ini adalah dengan mengoleskannya dengan tidak berlebihan. Mungkin … ini hanya suatu kemungkinan loh … dalam urusan selera “kampung tengah” maupun “fanatisme” terhadap sesuatu/seseorang sebaiknya juga dilakukan “in moderation?”

Untuk para KoKier yang mau melihat perbandingan warna, tekstur maupun kemasan Marmite/Vegemite/Cenovis, bisa dilihat di sini.
(Dikemas dari hasil melacak di Google dan Wikipedia.)

(Diterbitkan di KoKi edisi Coffee Shop, Opera & Marmite - Topik Hari Ini: Coffee Shop, Theatre & Marmite, Jumat 23 Februari 2007 13:26 wib.)

No comments: