More Pisang Please ...

≈ MaKlumat ≈

Terhitung Mulai Tanggal 9 Juni 2009, Kelima blog (beserta seluruh Kontennya) atas nama Mbah MD sudah dilimpahKan Kepada CiPung aKa PungguK KooKKaburra.

Sebagai pewaris tahta Kerajaan KooKKaburra Bisnis Inc. THUS pemiliK tunggal (pemegang 100% saham) PungguK KooKKaburra (selanjutnya disebut "Owner"), memiliKi tanggung jawab dan Kewenangan sepenuhnya terhadap blog-blog tersebut.

MaKlumat ini dapat diubah dalam waKtu seKonyong-Konyong tanpa pemberitahuan sebelum dan sesudahnya.

ttd.

Owner
≈ PungguK KooKKaburra ≈

Monday 4 February 2008

Library Carrels: Rumahku, Kantorku, Kamarku

(Kookkaburra - Inggris)

Niat menulis tentang foto ini sebenarnya sudah agak lama, tapi baru terlaksana setelah membaca tulisan “Ruang Komputer di Perpustakaan” kiriman Ibu Dokter Malindo yang calon Doktor itu. (Bagaimana Bu? Sudah submit belum? Sukses ya …)

Foto yang Kookkaburra beri caption “Suatu Hari Ketika Salju Turun di Bulan Februari” ini diambil dari lantai tiga perpustakaan, dimana Kookkaburra biasa “bekerja”. Diawal bulan Februari yang lalu salju tiba-tiba saja menurunkan butiran-butiran putihnya nan indah di kota dimana Kookkaburra tinggal. Dalam sekejap, suasana kampus menjadi arena “penyembahan” snowman dan medan perang bola-bola salju bagi mahasiswa di kampus Kookkaburra. Teriakan-teriakan kegirangan dari arah bawah membuat Kookkaburra yang sedang stress dikejar-kejar tenggat waktu untuk melihat ke bawah, mencari tahu mahu :) apa yang terjadi. Hmm… rupanya ada keceriaan dibawah sana.

Kookkaburra berhasil merekam kegiatan bersalju-ria itu hanya dengan dua kali jepret dan foto yang terekam lumayan bagus meskipun objeknya kecil sekali. Pengambilan gambar ini memerlukan sedikit perjuangan karena keterbatasan ruang gerak disisi jendela. (Semenjak terjadinya insiden mahasiswa yang terjun bebas alias bunuh diri dari jendela perpustakaan, seluruh jendela dimodifikasi sedemikian rupa sehingga jendela hanya dapat dibuka dengan kemiringan kira-kira 30 derajat - ada semacam penahan.) Kalau diperhatikan dengan seksama, ada dua orang yang sedang berpose disebelah kanan dan kiri snowman. Sedangkan sosok yang sepertinya berlutut itu tentu saja sedang mengambil foto kedua orang tersebut. Sementara itu ada dua kubu yang sedang lempar-melempar bola salju, terlihat yang dipojok kanan dekat pohon siap-siap melempar. Seorang pejalan kaki terlihat terkesima melihat keadaan dan keriuhan yang ada, sedangkan yang berada di dekat parkiran sepeda sepertinya sedang menikmati rokoknya. Coba tebak, kendaraan Kookkaburra yang mana?

Ada baiknya apabila Kookkaburra bercerita lebih jauh tentang “kantor” Kookkaburra yang disebut “carrel” ini. Apa itu Library Carrels? Library carrels adalah ruangan-ruangan kecil dalam perpustakaan yang biasanya dialokasikan untuk mahasiswa tingkat doktoral. Di perpustakaan yang berlantai lima ini carrel hanya terdapat di lantai 2, 3 dan 5. Setiap awal tahun akademik, di minggu pertama semester musim gugur (autumn term) Graduate School Office biasanya mulai mengedarkan formulir pendaftaran untuk aplikasi carrel ini. Adapun kepemilikan carrel ini hanya berlaku untuk satu tahun dan setiap mahasiswa program S3 yang masih ingin memiliki carrel ini pada tahun berikutnya harus mengisi formulir lagi. Syarat untuk memperoleh fasilitas ini antara lain harus mau berbagi dengan satu mahasiswa lagi, jadi setiap carrel harus ditempati oleh dua orang. Selain itu, pemegang kunci utama diwajibkan membayar deposit sebesar £5 yang hanya akan diperoleh kembali apabila kunci carrel dikembalikan sebelum/pada tenggat waktu yang telah ditentukan (biasanya di bulan November).

Tentu saja Kookkaburra tidak mau melewatkan kesempatan ini. Apabila dibandingkan dengan fasilitas di Business School maupun School of Engineering, departemen Kookkaburra termasuk yang miskin. Di program bisnis, misalnya ada common room untuk mahasiswa PhD yang bisa ditempati oleh beberapa orang dimana “free fotocopy” dan “free printing” termasuk bagian dari kemudahan dan keringanan yang diberikan. Di pusat riset tempat Kookkaburra melakukan penelitian, fasilitas tersebut tidak ada. Maka salah satu cara untuk dapat belajar dengan tenang dan terhindar dari “aroma non-terapi” dan suara-suara “hush … berisik” adalah dengan menempati carrel. Suasana perpustakaan sebenarnya cukup tenang dan tertib. Hal ini mungkin dikarenakan dengan diberlakukannya denda £10 bagi mahasiswa yang membuat keributan. Siskamling yang dilakukan oleh library steward, biasanya mahasiswa yang kerja paruh waktu, yang dipekerjakan pada musim-musim ujian untuk menjaga keamanan dan kenyamanan di perpustakaan, dapat menciptakan suasana perpustakaan yang aman terkendali.

Pada tahun pertama, Kookkaburra tidak mengajukan aplikasi karena informasi mengenai pendaftaran terlambat diterima. Mulai tahun kedua lah Kookkaburra terus-menerus menempati carrel ini. Banyak suka-duka dan “kenakalan-kenakalan” yang Kookkaburra lakukan di dalam carrel tersebut.

Waktu mengisi formulir untuk pertama kali, Kookkaburra janjian sama teman Kookkaburra agar kami berdua bisa menempati carrel yang sama. (Di dalam formulir ada bagian dimana kita bisa mencantumkan nama teman yang mau share dengan kita. Apabila kita tidak punya nama/teman, bagian itu dapat dikosongkan dan Graduate School Office lah yang akan “menjodohkannya”.) Kebetulan teman Kookkaburra lah yang ditunjuk menjadi pemegang kunci, sehingga dia lah yang mengatur pembagian hari/jam penggunaan carrel tersebut dan Kookkaburra “nrimo” saja. Meskipun di dalamnya tersedia dua buah kursi, ukuran carrel yang pas-pasan itu membuat carrel kurang nyaman dipergunakan berdua pada saat yang bersamaan (kecuali kalau “pasangannya” adalah pacar dewe, hehehe). Pada tahun-tahun terakhir, Kookkaburra mulai beruntung, dimana “carrel-mate” Kookkaburra tidak berminat menggunakan carrel tersebut, sehingga Kookkaburra dapat menempati carrel itu sendirian selama satu tahun penuh. Tahun sebelumnya Kookkaburra meminta housemate Kookkaburra agar namanya dicantumkan dalam formulir, meskipun dia tidak berniat menggunakan carrel tersebut. (Bukan contoh yang baik, so … please do as I say not as I do.)

Ada kejadian-kejadian lucu dan nahas seperti dua kali kekancingan diluar, hahaha! (Kuncinya model dead bolt, yang dapat dikunci/terkunci tanpa anak kunci). Tentu pembaca dapat membayangkan betapa kunci carrel, kunci rumah dan kartu mahasiswa ketinggalan di dalam dan baru terselamatkan oleh library porter yang siap sedia dengan kunci duplikat. Hal yang cukup mengejutkan Kookkaburra adalah ketika petugas perpustakaan itu membukakan pintu carrel tanpa ba-bi-bu, tanpa bertanya nama siapa atau meminta menunjukkan identitas lain, hanya menanyakan nomor carrel-nya saja. Dasarnya hanya PERCAYA.

Kekancingan yang kedua kali terjadi pada pagi dini hari setelah lewat jam kantor (perpustakaan normalnya buka dari jam 8:30 – 00:00, tetapi pada musim-musim ujian buka sampai jam 02:00 pagi), dimana tak ada seorang full-time staff pun yang dapat menolong Kookkaburra (yang ada hanyalah security yang notabene adalah mahasiswa yang nyambi kerja paruh waktu). Untungnya kunci rumah, kamar dan sepeda berada di dalam jaket yang Kookkaburra kenakan dan pulanglah Kookkaburra tanpa membawa tas ransel dengan segala isinya yang masih terkunci di carrel. Rumah bisalah dimasuki dengan bantuan teman satu kos, tetapi kamar Kookkaburra? Kebayang tidak kalau Kookkaburra harus tidur di sofa rumah atau di IT center yang buka 24 jam itu? Kookkaburra hanya dapat mengurus insiden tersebut pada jam kantor. Setelah dua kali kekancingan Kookkaburra lalu memutuskan untuk memakai “kalung” dimana kunci carrel tergantung di leher Kookkaburra setiap kali Kookkaburra berada di perpustakaan.

Kenakalan atau pelanggaran Kookkaburra yang lain yaitu ketika Kookkaburra kelupaan mengeluarkan buku-buku maupun jurnal-jurnal setelah selesai di baca. Terkadang Kookkaburra malahan dengan sengaja menyimpan buku-buku tertentu, milik perpustakaan yang belum di check out, di dalam carrel selama beberapa hari (maaf ya sesama teman dan peneliti – mohon kebiasaan jelek Kookkaburra ini jangan ditiru. Again, do as I say not as I do, hehehe.) Jatah peminjaman maksimum 20 buah buku tidaklah cukup. Secara berkala, petugas perpustakaan yang juga punya akses ke setiap carrel selalu mengecek seluruh carrel. Apabila kedapatan ada buku perpustakaan yang bukan “on loan,” buku-buku tersebut akan dikeluarkan dan di kembalikan ke rak-nya masing-masing. Secarik “surat cinta” bertuliskan kata-kata kira-kira seperti ini: “Sejumlah buku telah dikeluarkan dari carrel Anda,” yang diletakkan di atas meja akan menanti Kookkaburra. Akibatnya Kookkaburra harus bolak-balik ke rak mencari buku tersebut atau gigit jari apabila buku tersebut ternyata sudah dipake/dipinjam mahasiswa yang lain. (Selain library porter, petugas perpustakaan, orang yang punya kunci carrel adalah para cleaners yang bertugas mengosongkan keranjang sampah dari tiap-tiap carrel. Hal mana dilakukan seminggu sekali.)

Selain dilengkapi dengan dua buah “kursi direktur,” carrel yang berukuran 2 x 1,5 meter itu berisi meja panjang, rak buku gantung sepanjang dua meter yang letaknya kira-kira setengah meter dari atas meja. Meskipun tidak tersedia komputer, wireless hotspots memudahkan Kookkaburra untuk mengakses H-drive yang ada di sistem komputer IT center melalui komputer pribadi. Pada tahun pertama dan kedua Kookkaburra belum memiliki laptop jadi sebagian file masih ada di file pribadi komputer kampus.

Selain diisi dengan barang-barang keperluan mahasiswa, Kookkaburra juga membawa kulkas kecil (mini cooler dengan kapasitas 6 minuman kaleng), mini water dispenser non listrik, fan-heater, sleeping bag dan bantal. Ini sekolah apa camping ya? Foto “Suatu Hari Ketika Salju Turun di Bulan Februari” mengingatkan Kookkaburra bahwa ada kehidupan lain diluar sana selain aktifitas di ruang berukuran dua kali satu setengah meter ini …

(Artikel dikirim via email pada hari Sun, 20 May 2007 05:18:22 -0700 (PDT) dan diterbitkan di KoKi edisi Impian Pensiun, Tragedi ITC & PLTN - Cerita Foto III, Selasa 22 Mei 2007 15:22 wib.)

No comments: