(Kookkaburra - Inggris)Kookkaburra bukanlah kolektor batu ginjel-ginjel, batu kali maupun batu mulia. Tetapi Kookkaburra mau berkisah sedikit tentang salah satu koleksi barang seken atau tepatnya batu seken milik pribadi Kookkaburra.
Gambar berikut bukanlah foto ulekan obat atau pun ulekan sambal mini, tetapi adalah wadah atau tempat perhiasan yang terbuat dari batu yu (monyong mode ON). Seingat Kookkaburra, saat itu … sambil menimang-nimang “batu” itu, Kookkabura sempat bertanya kepada penjaga toko untuk memastikan apakah benda itu terbuat dari giok. “It IS jade,” setidaknya … itulah penuturan pramuniaga charity shop, Oxfam, dimana Kookkaburra membelinya kira-kira setahun yang lalu.
Karena tidak mempunyai keahlian untuk membuktikan “keaslian” giok tersebut, antara percayadan tidak, timbul juga ketertarikan Kookkaburra pada guratan-guratan indah alami yang sekilas tampak seperti pudding agar-agar berwarna kehijauan dalam larutan santan dan gula aren yang kemerahan. Diselingi gradasi coklat, kecoklatan dan coklat tua, ditambah lagi dengan gumpalan-gumpalan dan lapisan-lapisan warna hijau disana-sini, siapa saja bisa terkecoh dan mengira batu itu adalah dessert yang yummy, seandainya batu ini ditata diatas dessert plate dan diberi garnish lelehan batangan coklat dan curahan krim diatasnya, hmmmm ….
Pernah Kookkaburra baca bahwa dalam memutuskan untuk membeli suatu barang, calon pembeli hanya memerlukan waktu rata-rata 2,6 detik. Meskipun sempat ragu-ragu ketika “membaca” harganya, akhirnya dalam hitungan detik Kookkaburra memutuskan untuk membeli barang bekas seharga £ 3.99 ini. Wadah bulat yang lumayan berat ini mempunyai diameter 8,5 cm dengan tinggi 5 cm – bandingkan ukurannya dengan pulpen Boxy.
Maksud dan tujuan dari “pameran” batu kumala ini tak lain dan tak bukan adalah untuk menghimbau suhu Jade Chen untuk menyumbangkan cincin giok nya kepada Kookkaburra. **wink-wink** GOS SIP mengenai barang seken Kookkaburra ini BUKAN untuk menyaingi koleksi pribadi sang suhu, hehehe. Semoga saja JC berkenan “menyimpan” koleksi giok yang diceritakan dalam artikelnya itu ke dalam tempat perhiasan Kookkaburra yang masih kosong melompong. Kalau Lembayung naksir Jade Chen oops … naksir bandul jade nya J Chen karena ada semburat ungu-nya, Kookkaburra justru tertarik sama tintin hijau (pas sekali buat dijadikan jimat dan kayaknya cocok tuh ukurannya dengan jari dan tangan Mbah Mar’ie Djono yang hitam dan berbulu keriting, hihihi.) Mbah MD udah setuju kok! **apa-an sich???** Ya sudah … Kookkaburra cukupkan sampai disini aja dagelannya … tek terek tek tek tek …!
Pada kesempatan ini Kookkaburra berniat untuk mengajak KoKier untuk membaca, menimbang dan memutuskan … **duh serius amir, yak?** Maksudnya para KoKier diminta untuk menilai “keaslian” dan menikmati keindahan batu kumala ini dari foto-foto yang Kookkaburra ambil dari sisi yang berbeda. Setelah menilai nanti dan kalau lah benda ini ternyata “asli,” silahkan melakukan penawaran … (just kidding!)
Sebelum menilai, bolehkan … misalnya … Kookkaburra membuat analogi antara wadah perhiasan dari giok ini dengan kita sebagai sesama KoKier? Terlepas apakah kita ini “asli” atau “palsu” (baca: samaran), kita semua sama berharganya, setidak-tidaknya dimata ZR (Zeve Rina), hihihi. Tinggal bagaimana kita menempatkan peran kita, selaku wadah, dari segi ARTISTIK atau FUNGSI nya. Agar supaya menjadi artistik, tentunya si Giok ini harus di-sharing-kan atau dipamerkan sedemikian rupa, sehingga semakin banyak lagi orang yang menikmatinya. Dalam mendukung penampilan nya, batu seken ini didandani dan diberi arahan gaya dengan memberinya alas kain hijau lumut muda, didudukkan di atas lilin dengan warna senada (hasil minjam dari tetangga), dihiasi dengan latar belakang kertas manila merah darah dan disorot dengan lampu meja. Batu-nya sendiri ditampilkan polos, tanpa polesan apa pun. Mudah-mudahan sebagian dari kita sudah mulai kebal dan tidak alergi lagi dengan kata “pamer”? Asal … pamer pada porsi dan tempatnya. Sementara itu … untuk dapat ber-FUNGSI secara optimal, mungkin … ada baiknya apabila kita bisa saling mengisi … supaya berimbang dan tidak berat sebelah.
Kookkaburra tidak memperoleh komisi sepeser pun dari Boxy, yang salah satu produk nya Kookkaburra gunakan sebagai representasi alat ukur – sebuah pen yang ukuran “panjangnya” rata-rata diketahui khalayak banyak. Hal ini mencerminkan bahwa dalam hal ukur-mengukur (baca: menilai) sangatlah dianjurkan apabila kita mengunakan alat ukur yang sudah diketahui bersama dan sesuai dengan apa yang akan kita ukur atau bandingkan. Ke empat foto ini (kalau dimuat semuanya) juga melambangkan betapa dalam menilai dan ber-gos sip (plus “memamerkan”) sesuatu itu alangkah bijaknya apabila kita tidak terpaku pada satu sisi saja.
Nah … tunggu apa lagi? Silahkan mengisi “kotak donasi” Kookkaburra ini dengan … permen, marmite, sweet topping biscuit atau … cincin hijau, hehehe … Semoga kelak … “sumbangan” KoKier bisa dinikmati siapa saja, kapan saja, dari yang masih bau es cargot (sengaja dipisah) sampai yang udah bau es menyan/kemenyan.
Es es es … es-nya neng, mas, tante, oom, eyang putri, eyang kakung … yang rasa dingin … yang rasa buah … satu serebu, tiga PehaDe … (enam berapa yak?)
Catatan palsu: escargot (dibaca: \es-kär-gō\) adalah sejenis es (minuman) dengan “rasa” dingin-dingin-suuuejuk-semriwing. Sedangkan yang rasa buah namanya es troberi, keh keh keh …. Catatan asli nya bisa dibaca di sini.
Catatan lagi: Kebetulan sekali bahwa tempat perhiasan giok tersebut adalah barang seken. Akan tetapi, tidak ada maksud pengirim artikel untuk menyamakan Kokier dengan segala konotasi (baik positip maupun negatip) yang umumnya diasosiasikan dengan kata “seken.” (Kookkaburra)
(Dikirim via email pada hari Tue, 31 Jul 2007 16:12:07 -0700 (PDT) dan diterbitkan di KoKi edisi Aviofobia, Friends & Dunia Terbalik - Cerita Foto IV, Kamis 02 Agustus 2007 13:31 wib.)
1 comment:
mbah md saya punya perhiasan batu giok yang berbentuk gelang di ikat emas 15 gram jd berat total 42,5gram.saya berniat menjualnya.jika ada yang minat hub 08993835111
Post a Comment