More Pisang Please ...

≈ MaKlumat ≈

Terhitung Mulai Tanggal 9 Juni 2009, Kelima blog (beserta seluruh Kontennya) atas nama Mbah MD sudah dilimpahKan Kepada CiPung aKa PungguK KooKKaburra.

Sebagai pewaris tahta Kerajaan KooKKaburra Bisnis Inc. THUS pemiliK tunggal (pemegang 100% saham) PungguK KooKKaburra (selanjutnya disebut "Owner"), memiliKi tanggung jawab dan Kewenangan sepenuhnya terhadap blog-blog tersebut.

MaKlumat ini dapat diubah dalam waKtu seKonyong-Konyong tanpa pemberitahuan sebelum dan sesudahnya.

ttd.

Owner
≈ PungguK KooKKaburra ≈

Wednesday, 16 April 2008

Old Gum Tree Safari Park Trackers

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

Pagi itu suasana di Old Gum Tree Safari Park tampak hiruk-pikuk. Bin truck serba guna datang bersama rombongan tim trivia. Mereka adalah orang-orang yang turut meramaikan dan menyumbang trivia. Mereka sedang dalam perjalanan lawatan ke Taman Safari. Konon kabarnya mereka akan merekrut anggota baru dari koloni Pisces sebagai tracker dan sekaligus mendata fauna termasuk ikan yang ada di kolam itu.

Ketika melewati gerbang pintu masuk taman, pas di depan loket, mereka mendapat lambaian tangan dan senyuman nan manis bak Turkish Delight dari seorang ibu-ibu yang pakaian dalam penutup dadanya kelihatan mereknya. Sumpah! Tak ada gulungan uang dibalik BH nya. Dia hanya menerima uang tanda masuk yang sah dan memberikan tiket kepada supir truk sebagai tanda bukti. Meskipun langganan, harga discount tak berlaku. Tak ada anak emas atau anak perunggu, so to speak. Semua dilakukan secara profesional.

Entah apa yang ada dipikiran ibu penjaga loket itu. Mungkin ...hm... mereka itu kan para langganan Taman Safari ini. Bagaimana aku tega mengenyampingkan mereka? Kerja keras mereka yang sampai saat ini masih non-profit patut diberi acungan jempol. Padahal maksudku juga tadinya cuma untuk "lucu-lucu-an".

Tak lama kemudian, setelah mengantri untuk beberapa saat, truk memasuki taman. Abu-abu Merpati sibuk memperhatikan bangku taman. Kemana pemiliknya? begitu pertanyaannya.

"Hoi pemilik bangku taman, pada kemana?" teriak Abu-abu Merpati sambil duduk di sandaran tangan bangku taman.
Hening, tak ada jawaban.

"Kok jadi gini?" sambungnya lagi sambil merapihkan cara duduknya - berusaha menutupi bulu cakar kakinya. Suasana kembali hening, masing-masing penumpang asyik memandang hewan-hewan di Taman Safari itu.

Tak lama kemudian, truk melewati Heron Bank. Heron berbulu abu-abu yang asli dari Jerman ini, secara kasat mata mirip dengan burung Enggang/Hornbill yang suka sama dagelan. Dia pun membuka suaranya:

"Di tepian sungai ini aku melihat penampakkan Vulture", katanya.
"Apa? Bangkai burung?" sambar Abu-abu Merpati.
"Bukan, aku bilang Vulture, burung pemakan bangkai," jawab Enggang, eh Heron.
"Oh, ku kira ... bangkai seekor burung," timpal Abu-abu sedikit kecewa.

Begitu mendengar pembicaraan antara Heron dan Abu-abu, dua pasang Magpie (sepasang bertengger di antena dan sepasang lagi di tembok, tepat di bawah tiang antena) yang sedang dimabuk asmara saling memandang satu sama lain. Dari pandangannya, pasangan yang di antena seolah-olah mengatakan: burung sudah jadi bangkai aja diributin. Kurang kerjaan apa? Sementara pasangan Magpie yang di tembok berguman tak jelas: aduh kasihan sekali ... udah jadi bangkai, udah digasak dan digaruk ama Vulture, mau diapain lagi?

Sesaat kemudian, truk melaju ke lion's den. Singa Putih yang duduk melamun di bangku singgasananya yang terbuat dari batu itu berusaha menelan ludahnya. Kerongkongannya tercekat. Setelah beberapa saat, dia berkata pelan:

"I believe in the daydreamer," jawabnya singkat.
"Apa maksudmu?" tanya tiga sekawan Jerapah serentak.
"Kenapa kamu bisa yakin sekali, Singa Putih?" selidik si Bungsu Jerapah.

"Karena "trust", jawab Singa Putih pendek.
"Aku baru percaya, ternyata bangkai burung itu sudah menjelma menjadi Bangku Taman, yang tak lagi berdarah", jawab Abu-abu Merpati.

"Ada apa ini ribut-ribut?" tiba-tiba supir truk ikutan nimbrung.
"Sudah, biar nanti anggota tim baru saja yang menangani masalah ini. Kita kumpulkan data dan cantumkan dalam trivia," jelasnya panjang lebar. (Oh my God!)

Akhirnya bis truk pun berhenti di pinggiran kolam. Supir truk disambut oleh Ikan Kuning yang kadang disebut naughty tang. Meskipun sedikit nakal, Ikan Kuning tak diragukan pengetahuan dan praktisi nya dalam dunia IT. Celakanya, meskipun niatnya baik, dia kadang-kadang mengumumkan (secara publik) kelemahan dari sistem pertahanan di kantor pusat. Sehingga memberi peluang untuk orang-orang yang "nakal" beneran untuk mengutak-atik sistem. Heran ... tak mau belajar dari pengalaman. Sudah kejadian baru berkoar, bagaimana dengan tindakan pencegahan?

Singkat cerita, kunjungan dan seleksi anggota tracker di kolam pun membuahkan hasil. Ikan tak bernama di dalam guci menjadi anggota terpilih. Meskipun hidup dalam guci dan tidak mendalami IT secara khusus, ikan anonymous ini ternyata punya otak dagang. Menurut si Ikan, dengan "ongkang-ongkang kaki" di dalam guci pun, tanpa harus melakukan perjalanan jauh keluar-masuk Taman Safari, dia bisa melacak semuanya, tanpa meleset. Kunci nya cuma satu, pakailah mesin tracker yang bayar. Banyak kok, jangan yang gratisan. Bukankah ada yang sifatnya "hidden tracker"? Semua data pengunjung bisa diperoleh sedetil-detilnya dengan tingkat akurasi yang tinggi. Bisa dibedakan mana yang repeat visitor dengan unique visitor. Sehingga tak perlu lagi diedarkan questionare yang jawabannya sungguh-sungguh "lucu". Lucu dalam arti melenceng dikit dengan data "statistik" yang sudah diperolah sebelumnya - padahal maksudnya mungkin untuk melengkapi dan mempertegas data dari si Google.

Ikan anonymous tersenyum simpul dari dalam sarangnya. Statistics is like arts, it subjects to (different) interpretations. Kalau ada yang mau membeli statistik ini, kenapa tidak?

There are three kinds of lies: lies, damned lies and statistics ~ Benjamin Disraeli ~

No comments: