Petang itu cuaca mendung-mendung-bersinar bergayutan terus di Langit Old Gum Tree (LOGT). Mendung nya "dua kali", bersinarnya "sekali" - maksudnya lebih banyak mendungnya daripada bersinarnya. Suasana di tepian danau sedikit muram, sepi dan mirip kuburan! Kuburan yang tidak disukai oleh Ratu Lebah. Terutama di Koloni Mute Swan.
Samar-samar tercium bau amis, seperti nanah. Dari balik rerumputan air, ada yang bergerak. "Oh my God!" Itulah reaksiku ketika melihat sosok "tangan" berbulu putih. Apakah "gosip" bahwa di Old Gum Tree ada siluman "bule" keturunan manusia Hano itu benar?
Sementara itu menonton dan menguping (baik menggunakan kuping sendiri maupun menggunakan "rekaman" kertas "hitam-putih") apalagi menyebarkan "chatting" pribadi, baik secara face to face maupun secara elektronik, yang dapat mengancam privasi mahluk hidup - apa saja siapa saja - di OGT, dapat dikenakan sangsi sesuai pasal In-Tip nomor Duo.
Sekonyong-konyong ... terdengar "kwek-kwek-kwek."
"Dengar baik-baik!" bisik Maria.
"Ya ... aku mendengarkan," jawab Tutu Tupai.
"Begini ... aku dengar dari Bi Sul yang masih kerabat dekat Ratu Angsa Putih bahwa di Koloni Angsa ditemukan bom peninggalan Perang Dunia Maia Kedua yang mungkin masih aktif."
"Dimananya?"
"Diantara Koloni mu dan Koloni kami, tepatnya di lahan keluarga pacarku si Dodo Mallard."
"Hah??? Bom?" kata Tutu singkat sambil berpura-pura terkejut.
Masalahnya bukan cuma sekali itu Tutu mendengar kata "BOM" dari mulut Maria. Tutu ternyata memang sudah beberapa kali dicurhati oleh Maria tentang "bom," tentang "lahan ambles" dan cerita-cerita sejenisnya.
Padahal menurut Dodo Mallard hal itu merupakan urusan Dalam Negeri Koloni Mallard dan demi pertahanan dan keamanan serta reputasi Old Gum Tree QUEEN-dom, urusan dalam negeri seperti kunjungan pribadi (bukan kunjungan kenegaraan), seperti kunjungan Putra Mahkota Kerajaan Apes baru-baru ini, tak perlu dipublikasikan. Apalagi kegiatan yang dilakukan dalam silahturahmi tersebut, seperti meng-upload "barang" dan menyapa rakyat di Koloni Mallard. Keputusan menteri Dalam Negeri yang memberi izin Putra Mahkota duduk bersanding dengan sang Menteri dapat dimengerti dan tidak perlu dibesar-besarkan. Haha! Yang pasti, kerahasiaan alamat si messenger masih dapat dipertahankan, karena Putra Mahkota menderita cacat mata alias buta, meskipun demikian, beliau tidak buta hati."Lalu ... apa pendapat Bi Sul sebagai ambasador di Koloni kalian itu?" tanya Tutu.
"Bi Sul cuma mengatakan bahwa Bi Sul tak akan mampu "memecahkannya" (baca: me-non-aktifkan) bom itu sendirian, makanya dia melemparkan wacana ini ke publik."
Ditemui secara terpisah, Bi Sul bercerita bahwa sebenarnya masih ada beberapa bom sisa perang yang ditemui di Koloni Mallard tepatnya di rumah Gubernur dan dalam satu waktu dapat meledak tanpa ada "seekor" pun yang dapat mencegahnya. Keberadaan bom aktif di OGT ini sudah menjadi buah bibir dunia internasional. Namun ... sepertinya tak ada tanda-tanda bakal ada pertolongan dari para pemerhati dunia Mallard. Dibandingkan dengan huru-hara sebelumnya, tidak banyak ungkapan simpati atas situasi mencekam ini, setidak-tidaknya yang dinyatakan secara publik.Setelah terdiam beberapa saat, dengan lirih Bi Sul berkata: "Aku mau pamit, bunuh diri di atas batang rumput tua yang sudah mati ini saja."
Apa reaksi penguasa di Koloni Mallard mengenai "rencana" Bi Sul? Can you teach an old dog new tricks?
Seperti yang dikisahkan Dodo Mallard kepada Mbah MD.
No comments:
Post a Comment