More Pisang Please ...

≈ MaKlumat ≈

Terhitung Mulai Tanggal 9 Juni 2009, Kelima blog (beserta seluruh Kontennya) atas nama Mbah MD sudah dilimpahKan Kepada CiPung aKa PungguK KooKKaburra.

Sebagai pewaris tahta Kerajaan KooKKaburra Bisnis Inc. THUS pemiliK tunggal (pemegang 100% saham) PungguK KooKKaburra (selanjutnya disebut "Owner"), memiliKi tanggung jawab dan Kewenangan sepenuhnya terhadap blog-blog tersebut.

MaKlumat ini dapat diubah dalam waKtu seKonyong-Konyong tanpa pemberitahuan sebelum dan sesudahnya.

ttd.

Owner
≈ PungguK KooKKaburra ≈

Tuesday, 25 March 2008

Pas Mati Tak Lagi Berdarah!

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

Paskah putih ...
Sunyi ...
Sepi ...
Di pemakaman dimana dia ditanam
Buram mencekam

Meskipun sekarat
Dedaunan ringkih itu
Masih berusaha berdiri tegak
Memanggul beban salju
Yang mungkin melebihi massa tubuh tua nya

Rerumputan kering
Tak kuasa membopong bebannya
Dalam hitungan hari
Dia akan luruh jua ke bumi

Sudah mati
Tak lagi berdarah
Sudah mati
Manalah mungkin menjadi hidup
Ber-reinkarnasi menjadi bangku taman
Sudah suratannya

Di tepian telaga
Di keheningan pepohonan berselimut salju
Kristal-kristal bening
Yang dipanggul bunga putih mungil
Mulai mencair

Tetesan nya jatuh sesekali
Membuat bulatan kecil
Di permukaan bangku berselimut salju tipis
Tak berbunyi
Sunyi, sepi, mencekam ...

Kuning nya Daffodil
Mendominasi sekitar telaga
Ada yang berdarah

Putihnya salju
Tak jua menepis
Bilur-bilur darahnya
Dinginnya udara
Tak jua membekukannya

Disimpannya sendiri
Diantara kelopaknya
Salah satu helainya
Bungkuk sesegukkan

Tiga Sekawan Wallaby
Berusaha mencari tahu
Mereka menelusuri jejak darah tersebut
Sesampai di Kolam Kami

Sepasang kelinci
Mendekap erat-erat ~Egg~ster-nya
Yang akan disita oleh Wallaby
Untuk keperluan barang bukti

"Tidak, tidak! Kami barusan pergi egg-hunting, mana mungkin kami pergi memancing dalam cuaca seperti ini," jelas Kelinci Biru ketika diinterogasi.

"Burung itu menitipi kami dengan telur ini," kata Kelinci Hijau sambil menunjuk ke sebuah pohon.

Di pohon mati
Yang tak lagi berdarah
Sepasang Pungguk bertengger
Di hamparan awan kelabu
Mata mereka mengarah ke bangku taman

Sudah mati ...
Tak lagi berdarah

Old Gum Tree, Easter Sunday 2008

Wednesday, 19 March 2008

Bi Sul Goes Bomb Hunting!

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

Petang itu cuaca mendung-mendung-bersinar bergayutan terus di Langit Old Gum Tree (LOGT). Mendung nya "dua kali", bersinarnya "sekali" - maksudnya lebih banyak mendungnya daripada bersinarnya. Suasana di tepian danau sedikit muram, sepi dan mirip kuburan! Kuburan yang tidak disukai oleh Ratu Lebah. Terutama di Koloni Mute Swan.

Samar-samar tercium bau amis, seperti nanah. Dari balik rerumputan air, ada yang bergerak. "Oh my God!" Itulah reaksiku ketika melihat sosok "tangan" berbulu putih. Apakah "gosip" bahwa di Old Gum Tree ada siluman "bule" keturunan manusia Hano itu benar?

Aduh meremang bulu romaku. Rada "seyem" saja melihat "tangan" berbulu itu. Entah kenapa, figur tersebut membuat asosiasi ku melayang ke sosok Hanoman. Pelan-pelan aku memberanikan diri untuk mendekati sumber bau nanah itu. Mahluk putih itu tersebut ternyata sedang melakukan rutinitas pecah bisul. Tak henti-hentinya dia mengusapkan "tangan" nya ke atas dan ke bawah untuk kemudian mematukkan paruhnya dibalik sayapnya.

Ternyata oooh ternyata ... sosok itu merupakan Angsa Putih yang secara "cuek angsa", terus melanjutkan "self-touching" nya itu. Wow! Ternyata aku ini secara tak sadar ngintip Angsa mandi! Ritual mandi Angsa Putih ini diselingi dengan acara pecah bisul.

Moga-moga mataku nggak bintitan ataupun bisulan. Konon, ada tabu yang berlaku di OGT, bahwa barang siapa yang mengintip acara mandi para Fauna dan acara ritual Sabung Fauna di telaga OGT dengan sengaja akan terkena musibah terus sepanjang setahun ke depan. Pamornya akan turun.

Sementara itu menonton dan menguping (baik menggunakan kuping sendiri maupun menggunakan "rekaman" kertas "hitam-putih") apalagi menyebarkan "chatting" pribadi, baik secara face to face maupun secara elektronik, yang dapat mengancam privasi mahluk hidup - apa saja siapa saja - di OGT, dapat dikenakan sangsi sesuai pasal In-Tip nomor Duo.

Untung aku belum sampai melakukan pelanggaran itu. Aku secara tidak sengaja barusan mengintip Angsa Putih yang lagi mandi sampai merem-melek seperti gambar di atas! Oh Ratu Angsa dan para leluhur OGT, ampuni rakyatmu ini ya ... semoga tidak ada kutuk dari mu, aku membatin.

Tiba-tiba ... peek a boo ....! Dari arah semak-semak meloncatlah seekor Tupai. Tupai yang satu ini bukan keturunan Puan Maharaja Tupai. Menurut pengakuannya sendiri, dia "cuma" Rakyat di LOGT. Akan tetapi ... dari hasil melacak acak-acak-an (baca: asal-asal-an), sepertinya Tupai ini masih "kerabat" pujanggo ABG.

Nyaris saja aku terlihat oleh si Tupai, tapi aku segera bersembunyi di balik batang rumput air.

Sekonyong-konyong ... terdengar "kwek-kwek-kwek."

Oops! Sedang terjadi pembicaraan pribadi ternyata ... antara si Tupai dan si Maria Mallard, kekasih hatiku. Mereka sedang membicarakan "bisul". Setelah menguping beberapa saat, ternyata mereka sedang membicarakan "Bi Sul" yang tak lain adalah Bibi Sulastri si Angsa Putih yang barusan mandi itu!

"Dengar baik-baik!" bisik Maria.
"Ya ... aku mendengarkan," jawab Tutu Tupai.
"Begini ... aku dengar dari Bi Sul yang masih kerabat dekat Ratu Angsa Putih bahwa di Koloni Angsa ditemukan bom peninggalan Perang Dunia Maia Kedua yang mungkin masih aktif."
"Dimananya?"
"Diantara Koloni mu dan Koloni kami, tepatnya di lahan keluarga pacarku si Dodo Mallard."
"Hah??? Bom?" kata Tutu singkat sambil berpura-pura terkejut.

Masalahnya bukan cuma sekali itu Tutu mendengar kata "BOM" dari mulut Maria. Tutu ternyata memang sudah beberapa kali dicurhati oleh Maria tentang "bom," tentang "lahan ambles" dan cerita-cerita sejenisnya.

Padahal menurut Dodo Mallard hal itu merupakan urusan Dalam Negeri Koloni Mallard dan demi pertahanan dan keamanan serta reputasi Old Gum Tree QUEEN-dom, urusan dalam negeri seperti kunjungan pribadi (bukan kunjungan kenegaraan), seperti kunjungan Putra Mahkota Kerajaan Apes baru-baru ini, tak perlu dipublikasikan. Apalagi kegiatan yang dilakukan dalam silahturahmi tersebut, seperti meng-upload "barang" dan menyapa rakyat di Koloni Mallard. Keputusan menteri Dalam Negeri yang memberi izin Putra Mahkota duduk bersanding dengan sang Menteri dapat dimengerti dan tidak perlu dibesar-besarkan. Haha! Yang pasti, kerahasiaan alamat si messenger masih dapat dipertahankan, karena Putra Mahkota menderita cacat mata alias buta, meskipun demikian, beliau tidak buta hati.

"Lalu ... apa pendapat Bi Sul sebagai ambasador di Koloni kalian itu?" tanya Tutu.
"Bi Sul cuma mengatakan bahwa Bi Sul tak akan mampu "memecahkannya" (baca: me-non-aktifkan) bom itu sendirian, makanya dia melemparkan wacana ini ke publik."

Ditemui secara terpisah, Bi Sul bercerita bahwa sebenarnya masih ada beberapa bom sisa perang yang ditemui di Koloni Mallard tepatnya di rumah Gubernur dan dalam satu waktu dapat meledak tanpa ada "seekor" pun yang dapat mencegahnya. Keberadaan bom aktif di OGT ini sudah menjadi buah bibir dunia internasional. Namun ... sepertinya tak ada tanda-tanda bakal ada pertolongan dari para pemerhati dunia Mallard. Dibandingkan dengan huru-hara sebelumnya, tidak banyak ungkapan simpati atas situasi mencekam ini, setidak-tidaknya yang dinyatakan secara publik.

Setelah terdiam beberapa saat, dengan lirih Bi Sul berkata: "Aku mau pamit, bunuh diri di atas batang rumput tua yang sudah mati ini saja."

Apa reaksi penguasa di Koloni Mallard mengenai "rencana" Bi Sul? Can you teach an old dog new tricks?

Seperti yang dikisahkan Dodo Mallard kepada Mbah MD.


Wednesday, 12 March 2008

Mamak Burung and The Twins: Trust is Earned!

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~
Mamak Burung terbang kelelahan, sayapnya kuyu. Nafasnya ngos-ngosan melawan arah angin yang seharian tadi berhembus dengan kecepatan 50mph. Angin kencang membuat beberapa pohon tumbang! Boom! "Untung" tak sampai membuat heboh ataupun memacetkan jalan.

Dengan peluh membasahi sekujur (cakar) kakinya yang tidak berbulu, Mamak Burung akhirnya sampai juga di telaga Old Gum Tree.

Bagaimanapun juga, the show must go on! Badai topan pun harus diarungi, demi para Twins dan Oh my God dot com.

Si Kembar, si Kokoh dan si Kikih, secara serentak mengembangkan sayapnya, menyambut Mamak nya dengan riang. Mereka berdua bersenandung-ria, menyanyikan lagu Bobby Sandhora-Muhksin:

Oh itu dia "Mamakku" datang
Aku senang, hatiku riang

Setelah mengecup si KoKoh dan si Kikih, Mamak Burung menyempatkan diri untuk menyapa beberapa langganan tetap Swimming Pool Old Gum Tree. Bagaimanapun juga ... yang dikejar pastinya sih ... setoran, bahasa kerennya "rating" bahasa "Latin" nya (page-views) statistics.

Sebagai orang tua tunggal, Mamak Burung perlu menjaga semua Twins di kerajaan Flora. Oleh sebab itu Mamak harus mencari sesuap ikan, segenggam tumbuh-tumbuhan sebagai oleh-oleh untuk pasukan kembar di Taman Flora. Semua itu dilakukannya sendirian saja. Benar-benar One-Person-Show.

Memang sulit karena terbelit dan sudah kadung tak bisa berkelit lagi. Segala daya harus diupayakan, meskipun awalnya, kesan pertama, tidak menggiurkan. Yang penting, seperti petuah Nenek Angsa Putih, eyang nya si KoKoh dan si Kikih, aura cinta kasih harus dikucurkan, tanpa batas. Ah betapa kekeluargaan sekali kehidupan alam Flora dan Fauna di Old Gum Tree. Penasehat ditunjuk secara kekeluargaan dan Tim Penyidik pun dibentuk secara manasuka siaran niaga. Namun, Tim Penyidik tampaknya belajar dari pengalaman, tak mau gegabah melakukan sidik-menyidik. Bukankah hanya ada "Beti" (Beda Tipis) diantara Penipu dan Penghibur?

Persetan dengan para birokrat. Pendekatan yang berlaku di kekinian adalah bottom-up approach, seluruh rakyat di belahan Flora punya andil dalam membuat keputusan yang menyangkut Old Gum Tree Queen-dom.

Pendekatan top-down sudah kadaluarsa, kecuali ... jika dan hanya jika ... apabila Mamak Burung bersabda sambil memanggil dan menyebutkan nama kurcaci-kurcacinya dengan seenak paruhnya di jarum (jalur umum). Untuk sementara rasa percaya (TRUST), kerahasiaan identitas rakyat disingkirkan, yang ada (dalam bahasa halusnya) hanyalah "keterbukaan".

Mengomentari hak prerogatif Mamak Burung memanggil nama dan mengumumkan identitas rakyatnya, para Twins mengemukakan pendapat mereka:

"It won't kill anybody," seru Crocus Twins bersamaan.

"Harap dibedakan antara plin-plan dengan fleksibel," sambar Daisy Twins serentak.

"Iiih ... panggilan-panggilan itu kan cuma sekedar panggilan kesayangan untuk mereguk rasa keakraban," timpal Sakura Twins tak kalah kompaknya.

"Akrab, apa sok akrab?" celetuk Mallard sambil kumur-kumur nungging dari dalam telaga.

"Apakah ada Beti di antara flexibility dan double standard?" sambungnya lagi sambil menyemburkan kumurannya.

Itik buruk rupa ini memang berani tampil beda, lihat ... pose nya saja rada-rada "porno". Yang membedakannya dengan para penghuni Old Gum Tree adalah bahwa dia punya sikap, tidak membeo seperti the Twins yang cantik-cantik dan tampan-tampan dari dunia Flora yang harum semerbak.

Seluruh penghuni Old Gum Tree sudah maklum, bahwa apabila ada rakyat yang masih keturunan priyayi, wajib disapa dan diperlakukan dengan rasa takjim yang mendalam. Seniority counts! Nenek Angsa Putih selalu mengajarkan untuk mendaratkan tangan tetua di kening sebagai tanda hormat. Tentu saja hanya penghuni tertentu seperti Raja Apes dari Kerajaan Fauna mendapat perlakuan seperti itu.

Raja Apes paham bahwa apa yang dilakukan burung langka, yang masih menganut tradisi ewuh-pekewuh seperti Mamak Burung, adalah untuk kebajikan seluruh masyarakat Flora dan Fauna. Seluruh rakyat di Apes Kingdom pun sepakat adalah wajib hukumnya untuk setia kepada yang berkuasa.

Sayang di sayang, Raja Apes kurang paham, bahwa page-views itu, bahwa statistics itu bisa direkayasa. Kesetiaan terhadap yang berkuasa ditunjukkan dengan menghimbau para internal readers untuk menjadi anggota, membaca harian Oh my God dan memberi mereka nomor dari 1 s/d 100, dsb, dsb.

You can buy loyalty but you cannot buy TRUST
. Apalah artinya popularitas apabila privacy kita terancam?