*Special untuk LRD, utang Mbah lunas yee ;)
Meskipun sedikit 'gemeteran' akhirnya Mbah berhasil memotret tempat penampungan tas kresek/kantong plastik ini, seperti yang pernah Mbah komentari di blog La Rose. Selesai upload di kompi Mbah dah lupa dengan foto tersebut sampai pada beberapa hari yang lalu, Mbah ngintip foto-foto lain yang ada di folder yang sama. Apa saja hasil intipan Mbah itu? Hasilnya ternyata merembet ke Facebook dan forum maya.
FYI, tulisan Mbah kali ini sekedar memaparkan beberapa sumber kutipan dan BUKAN bertujuan untuk menganalisa secara mendalam. Sumber berita yang Mbah kutip pun diambil dari beberapa kejadian di Inggris, Amerika dan Afrika. Mbah tidak bermaksud mencemarkan nama baik pihak-pihak tertentu, Mbah sendiri sebenarnya masih berusaha mencari jawab seberapa 'aman' basic data yang kita masukkan dalam suatu formulir 'nyata' maupun 'maya'. Karena Mbah sendiri tau bahwa Mbah juga kadang-kadang terpaksa dan terintimidasi untuk mengisi formulir tertentu dan tak bisa menghindar/mengelak. Jangankan data pribadi orang lain, mengontrol 'penyebaran' data pribadi Mbah sendiri aja Mbah nggak bisa.
Clubcard si Kartu 'Setia'
Meskipun Mbah boleh dikata hampir tiap hari lewat supermarket Tesco dan belanja keperluan RT di sana dan Mbah sadar bahwa kegunaan bank tas plastik bekas itu berkaitan dengan usaha mendaur ulang, Mbah baru tau bahwa ternyata ada 'bonus' berupa poin bagi setiap pembeli yang membawa dan menggunakan kantong plastik bekas untuk barang belanjaannya. Akan tetapi, 'bonus' ini hanya berlaku bagi pemegang Tesco Clubcard. Berapa poin yang akan diperolah? we’ll give you at least one point for each bag reused, depending on its size, itulah janji Tesco.
FYI, tulisan Mbah kali ini sekedar memaparkan beberapa sumber kutipan dan BUKAN bertujuan untuk menganalisa secara mendalam. Sumber berita yang Mbah kutip pun diambil dari beberapa kejadian di Inggris, Amerika dan Afrika. Mbah tidak bermaksud mencemarkan nama baik pihak-pihak tertentu, Mbah sendiri sebenarnya masih berusaha mencari jawab seberapa 'aman' basic data yang kita masukkan dalam suatu formulir 'nyata' maupun 'maya'. Karena Mbah sendiri tau bahwa Mbah juga kadang-kadang terpaksa dan terintimidasi untuk mengisi formulir tertentu dan tak bisa menghindar/mengelak. Jangankan data pribadi orang lain, mengontrol 'penyebaran' data pribadi Mbah sendiri aja Mbah nggak bisa.
Clubcard si Kartu 'Setia'
Meskipun Mbah boleh dikata hampir tiap hari lewat supermarket Tesco dan belanja keperluan RT di sana dan Mbah sadar bahwa kegunaan bank tas plastik bekas itu berkaitan dengan usaha mendaur ulang, Mbah baru tau bahwa ternyata ada 'bonus' berupa poin bagi setiap pembeli yang membawa dan menggunakan kantong plastik bekas untuk barang belanjaannya. Akan tetapi, 'bonus' ini hanya berlaku bagi pemegang Tesco Clubcard. Berapa poin yang akan diperolah? we’ll give you at least one point for each bag reused, depending on its size, itulah janji Tesco.
Kecewakah Mbah karena baru tau tentang hal ini? Tentu saja tidak, karena Mbah nggak/belum pernah memiliki 'kartu kesetiaan' Tesco. Dalam tulisan ini Mbah tidak akan membahas daur ulang dalam konteks lingkungan hidup. Mbah hanya berusaha memberi sedikit gambaran bahwa ada celah bagi pihak-pihak tertentu untuk 'mendaur-ulang' data pribadi kita, yang kita isi secara sadar sebelum memiliki kartu tertentu, ketika kita memutuskan untuk menjadi anggota jejaring sosial seperti Facebook, ataupun ketika kita mendaftar menjadi anggota forum pembaca/komunitas yang bersifat maya.
Apa itu Loyalty Cards? Berdasarkan namanya, kartu ini dapat diartikan sebagai kiat agar pembeli menjadi loyal terhadap produk yang dijual oleh produsen tertentu dengan memberikan sejumlah poin yang kalau mencapai jumlah tertentu dapat ditukar dengan kupon diskon.
Do loyalty cards invade our privacy? Di Inggris, pada tahun 2004, pihak Sainsbury's yang mengeluarkan kartu Nectar dengan tegas menyatakan bahwa data yang dikumpulkan dari para pemegang kartu Nectar hanyalah nama, alamat, jenis kelamin dan contact details.
The voluntary Nectar scheme, on the other hand, collects strictly limited personal information and data on shopping habits and is governed by the 1988 Data Protection Act.
Sementara itu ada juga informasi yang datanya bersifat 'optional' seperti jumlah anggota keluarga dalam satu rumah, jumlah mobil dan dimana saja pemegang kartu itu berbelanja. Pihak Nectar pun menjamin bahwa:
The information is stored in one of the country's largest databases but is not sold on or shared with companies outside the scheme.
Pada tahun 2005, di Amerika, Martin H. Bosworth dari Consumer Affairs dalam artikelnya Loyalty Cards: Reward or Threat? (11 July 2005), mempersoalkan keberadaan kartu "setia" ini dan menanyakan mana yang lebih penting: saving money or protecting your privacy?
Dari hasil poling (2004) yang dilakukan oleh College of Communication - Boston University, 86% dari penduduk Amerika yang berbelanja, menggunakan kartu diskon. Dari jumlah persentasi itu, the majority of them say the benefits of the card are worth giving up some privacy. Meskipun tidak dijelaskan persentasi dari 'MAJORITY', ada indikasi bahwa, berdasarkan poling tersebut, saving money lebih penting dari pada protecting privacy.
Bagaimana seseorang bisa 'save money' apabila kita 'dibius' untuk belanja terus? Siapa yang tidak tergiur dengan kalimat 'Sale up to ... %'. Masih menurut Consumer Affairs, "Everyday" items can be marked up from 28-71% after card programs are introduced. Salahkah Mbah kalau Mbah mengartikan bahwa secara tidak langsung, konsumen yang tidak mempunyai kartu sebenarnya telah mensubsidi pemegang Kartu Setia ini?
Walaupun demikian, menurut sumber yang sama, masyarakat Amerika semakin sadar apa yang sebenarnya terjadi terhadap data pribadi mereka.
However, many shoppers are increasingly aware that loyalty cards are being used to compile profiles of their shopping habits for later use, and that this data can be farmed out to business partners, telemarketers, and direct-mail solicitors. What isn't public knowledge, however, is how often discount card programs themselves are outsourced to other companies.
Safeway mengakui bahwa mereka menggunakan data tersebut untuk menghubungi konsumen apabila mereka menang kontes atau mendapat undian. Pada kenyataannya, Safeway pernah, pada suatu insiden, membocorkan data pribadi pengguna kartu Safeway kepada pihak yang "(tidak) berwajib". Untuk jelasnya Mbah kutip saja disini:
In a headline-making case from August of 2004, Philip Scott Lyons, a firefighter from Everett, Washington, was arrested and accused of arson after a police canine unit sniffed out a fire starter unit hidden in his home with a Safeway label attached. Safeway provided the Lyons' purchasing history to the police, revealing that they did buy the fire starter a month earlier. The charges were later dropped when another person came forward and confessed to the crime. The fact remains, however, that Safeway provided a customer's personal information to law enforcement, thus skirting the Constitutional and Federal laws that prohibit government and police agencies from collecting personal information and creating databases.
Jika Consumer Affairs mengatakan bahwa ada produk tertentu yang memang sengaja dinaikkan (harganya) terlebih dahulu sehingga manfaatnya nyata terasa oleh pemegang kartu, suatu koran maya yang berbasis di Kenya dengan gamblang membahas bagaimana Loyalty Cards Make You a Bigger Spender (3 Sept 2008). Artikel sepanjang 3 halaman ini mencatat apa yang terjadi di negara mereka sehubungan dengan profil pembeli: Now we have a busy industry of data-miners looking at your profile to glean specific observations on how you like to buy.
Tulisan itu juga mempertanyakan dua hal: Did you know that every time you buy something your shopping habits are tracked? Then what comes out is a report on what you like about as you shop. Koran yang sama juga membeberkan suatu kasus dimana ada orang yang mendapat telepon 'misterius': Last week someone received a call from one of the banks in the country enticing him buy into their products. But one critical question is, where do banks get these contacts? (Meskipun berbeda negara/lokasi kejadian, bukankah pertanyaan yang sama menjadi ganjalan/unek-unek teman karib(nya)/Prabu - Jakarta di Koki Unek-Unek?)
"In summary" dari artikel sepanjang 3 halaman itu (Big Spender) Mbah kopas dan cetak tebal disini:
- Supermarkets have more than a few tricks in pushing high-margin products.
- Smart card is giving supermarkets and other shopping outlets important information.
Dalam tulisannya Invasion of the Loyalty Cards (10 Sept 2008), Robert G. Howard menilai bahwa sebenarnya Kartu Setia itu telah menjadi candu dan pemegang kartu hampir selalu dihantui rasa bersalah apabila tak dapat 'menghemat uang' ataupun tak memperoleh poin.
Loyalty cards don’t necessarily encourage loyalty – they create a sense of guilt. When a shopper buys at a store without their loyalty card they feel guilt; guilt for not saving a few dollars or not earning their reward points. Loyalty cards are like an addiction; they’re hard to give up.
Removing and Updating Your Online Information: Facebook & Kompas
Pada posting-an sebelumnya, Mbah pernah menulis sedikit tentang Facebook sehubungan dengan 'pemalsuan' identitas dan proteksi data pribadi. Berhubung Mbah nggak punya akun di Facebook jadinya Mbah nguping sana-sini tentang pengalaman pengguna Facebook. Ada satu contoh lagi keluhan yang dialami oleh Di Mackey, dimana dia tak bisa menghapus data pribadinya dari Facebook. (Silahkan baca juga komentar dari para pembaca blog tsb.) Yang menjadi pertanyaan Mbah adalah: Apakah pada waktu mendaftar calon anggota belum tau bahwa data pribadi tidak bisa dihapus total? Apakah Terms of Use nya berubah seiring dengan berjalannya waktu?
Apapun alasannya, adalah hak setiap pengguna situs jejaring sosial untuk melakukan 'putus hubungan' dan berusaha melenyapkan data pribadi yang pernah tersimpan disana. Sementara itu, pihak pengelola pun berhak membuat ketentuan dan peraturan bagi para penggunanya. Kompas.com (untuk selanjutnya disebut Kompas) misalnya, dalam butir Kewajiban Pengguna mewajibkan pengguna yang terdaftar (registered member) untuk meng-up-date data pribadi mereka secara berkala (???). Untuk lengkapnya Mbah kutipkan bagian 'kewajiban' yang di-copas sesuai asli (berikut typo yang sengaja Mbah cetak tebal) tertanggal 20 November 2008 jam 11 pagi.
Dalam penggunaan Kompas.com. Anda setuju untuk:
1. memberikan informasi yang akurat, baru dan komplit tentang diri Anda saat mengisi formulir pendaftaran pada Kompas.com
2. menjaga keamanan password dan identifikasi Anda
3. menjaga dan secara berkala meng-update informasi tentang diri Anda dan informasi lainnya secara akurat, baru dan komplit
4. menerima seluru risiko dari akses ilegal atas informasi dan data regsitrasi
5. bertanggung jawab atas proteksi dan back up data dan atau peralatan yang digunakan
Anda juga tidak diperbolehkan untuk mengakses layanan, user accounts, sistem komputer atau jaringan secara tidak sah, dengan cara hacking, password mining atau cara lainnya.
Pengelola akan bekerjasama secara penuh dengan setiap pejabat penegak hukum atau perintah pengadilan yang meminta atau mengarahkan pengelola untuk mengungkapkan identitas dari siapapun yang memuati materi atau informasi seperti tersebut di atas.
Perlu Mbah tekankan, bahwa Mbah nggak/belum ada masalah dengan Kompas. Sebagai pengguna (non registered) Mbah paham dan (mau nggak mau) setuju dengan 'kebijakan' Kompas:
Jika Anda tidak setuju untuk terikat dengan semua peraturan yang berlaku, silakan untuk tidak menggunakan situs ini.
Mbah hanya tergelitik dengan poin 4, dimana disebutkan (Anda setuju) bahwa: menerima seluru (sic) risiko (sic) dari akses ilegal atas informasi dan data regsitrasi (sic) dan larangan untuk mengakses dengan cara hacking, password mining atau cara lainnya dimana sangsinya akan diusut dan diproses sesuai hukum.
Meskipun ada kata 'jaminan' bahwa data pribadi registered member 'aman', tidak menutup kemungkinan bagi Kompas untuk berbagi informasi dengan pihak ketiga. Kesediaan menjadi member berarti kesediaan memberikan alamat email dan info demografi. Meskipun demikian pengguna dapat menolak untuk diikutkan dalam Kuis, Undian dan Special Offer. Siapa yang tidak tergiur untuk "memperoleh" tawaran yang menarik ini ...? Bukankah data pribadi kita sudah terlanjur "masuk"? Yah ... sekalian aja ... iseng-iseng berhadiah, siapa tau dapat payung cantik ;) ? Ditambah lagi ... sudah kadung "I accept": Dengan menggunakan Kompas.com, berarti Anda setuju pada Syarat dan Ketentuan Keanggotaan kami.
Lalu apa hubungannya? Menjadi anggota suatu jejaring sosial atau milis, oleh "segelintir" individu dapat diartikan sebagai lambang "kesetiaan". Pertanyaannya, apakah "kita" adalah satu diantara SEGELINTIR itu?
(Thinking of Ibu H - Somewhere, wondering how she reacts ... Bukankah ada alasan tertentu bagi beliau untuk menggunakan ID baru? Mudah-mudahan "petunjuk" itu sudah mendapat "go ahead" dari Ibu itu. I understand I am not in a position to make any decision, but I do concern ... that's all.)
2 comments:
Mbah..terima kasih tulisan yang bagus,saya juga masih punya "hutang" ttg matatuli..hehe..hujan terus disini udah gitu sakit flu 10 hari..salam..Eeeh..jadi selama ini Mbah selalu ngintip dan mengikuti di sono-no yeee..hihihi..:D
Say No More ;)
Post a Comment