More Pisang Please ...

≈ MaKlumat ≈

Terhitung Mulai Tanggal 9 Juni 2009, Kelima blog (beserta seluruh Kontennya) atas nama Mbah MD sudah dilimpahKan Kepada CiPung aKa PungguK KooKKaburra.

Sebagai pewaris tahta Kerajaan KooKKaburra Bisnis Inc. THUS pemiliK tunggal (pemegang 100% saham) PungguK KooKKaburra (selanjutnya disebut "Owner"), memiliKi tanggung jawab dan Kewenangan sepenuhnya terhadap blog-blog tersebut.

MaKlumat ini dapat diubah dalam waKtu seKonyong-Konyong tanpa pemberitahuan sebelum dan sesudahnya.

ttd.

Owner
≈ PungguK KooKKaburra ≈

Saturday, 13 December 2008

Kompasiana, CJ Alternatif ;)

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

Kompasiana, CJ (Citizen Journalism) alternatif? Keh keh keh ...

Saudara sepupu Koki-Si-Anu ini Mbah kunjungi pertama-x-nya kira-kira di minggu terakhir bulan Oktober - Mbah ingat sekali waktu itu. Entah kenapa hari ini tangan Mbah gatel untuk meripiunya selayang pandang.

Kompasiana yang sudah resmi diluncurkan bertepatan dengan Hari Blogger Nasional itu, tampaknya muncul dengan perencanaan yang matang - wajar saja, yang 'megang' Kompasiana itu ternyata 'hanya Tim Admin' yang notabene memiliki lebih dari dua tangan (Admin-nya lebih dari satu).

Kesan pertama Mbah? Ibarat menyusun satuan pelajaran untuk mengajar, TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus) nya cukup jelas. Apa dan mengapa Kompasiana; kiat-kiat menulis dan apa yang "keinginan" Kompasiana, apa yang diharapkan dari Kompasianer; bahkan masalah "etika" dipaparkan dengan jelas oleh Pepih Nugraha, salah satu admin Kompasiana, dalam Selamat Datang Public Bloggers, Menulis di Kompasiana, Perkara Netiquette.

Selain itu, Kompasiana sangat reader friendly dalam artian penampakan komentar yang hanya ditampilkan cukup dalam satu halaman, berapapun jumlah komentar tsb.

Apabila pembaca nggak suka "siluman" (anonim), anti-OOT maupun alergi "trashy" komen, Mbah rekomendasikan Kompasiana untuk sering-sering dijenguk atau paling nggak baca tiga artikel tersebut di atas.

Salam Kompasiana!

Saturday, 22 November 2008

Loyalty Cards, Facebook and Your Privacy

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~
*Special untuk LRD, utang Mbah lunas yee ;)

Meskipun sedikit 'gemeteran' akhirnya Mbah berhasil memotret tempat penampungan tas kresek/kantong plastik ini, seperti yang pernah Mbah komentari di blog La Rose. Selesai upload di kompi Mbah dah lupa dengan foto tersebut sampai pada beberapa hari yang lalu, Mbah ngintip foto-foto lain yang ada di folder yang sama. Apa saja hasil intipan Mbah itu? Hasilnya ternyata merembet ke Facebook dan forum maya.

FYI, tulisan Mbah kali ini sekedar memaparkan beberapa sumber kutipan dan BUKAN bertujuan untuk menganalisa secara mendalam. Sumber berita yang Mbah kutip pun diambil dari beberapa kejadian di Inggris, Amerika dan Afrika. Mbah tidak bermaksud mencemarkan nama baik pihak-pihak tertentu, Mbah sendiri sebenarnya masih berusaha mencari jawab seberapa 'aman' basic data yang kita masukkan dalam suatu formulir 'nyata' maupun 'maya'. Karena Mbah sendiri tau bahwa Mbah juga kadang-kadang terpaksa dan terintimidasi untuk mengisi formulir tertentu dan tak bisa menghindar/mengelak. Jangankan data pribadi orang lain, mengontrol 'penyebaran' data pribadi Mbah sendiri aja Mbah nggak bisa.

Clubcard si Kartu 'Setia'
Meskipun Mbah boleh dikata hampir tiap hari lewat supermarket Tesco dan belanja keperluan RT di sana dan Mbah sadar bahwa kegunaan bank tas plastik bekas itu berkaitan dengan usaha mendaur ulang, Mbah baru tau bahwa ternyata ada 'bonus' berupa poin bagi setiap pembeli yang membawa dan menggunakan kantong plastik bekas untuk barang belanjaannya. Akan tetapi, 'bonus' ini hanya berlaku bagi pemegang Tesco Clubcard. Berapa poin yang akan diperolah? we’ll give you at least one point for each bag reused, depending on its size, itulah janji Tesco.

Kecewakah Mbah karena baru tau tentang hal ini? Tentu saja tidak, karena Mbah nggak/belum pernah memiliki 'kartu kesetiaan' Tesco. Dalam tulisan ini Mbah tidak akan membahas daur ulang dalam konteks lingkungan hidup. Mbah hanya berusaha memberi sedikit gambaran bahwa ada celah bagi pihak-pihak tertentu untuk 'mendaur-ulang' data pribadi kita, yang kita isi secara sadar sebelum memiliki kartu tertentu, ketika kita memutuskan untuk menjadi anggota jejaring sosial seperti Facebook, ataupun ketika kita mendaftar menjadi anggota forum pembaca/komunitas yang bersifat maya.

Apa itu Loyalty Cards? Berdasarkan namanya, kartu ini dapat diartikan sebagai kiat agar pembeli menjadi loyal terhadap produk yang dijual oleh produsen tertentu dengan memberikan sejumlah poin yang kalau mencapai jumlah tertentu dapat ditukar dengan kupon diskon.

Do loyalty cards invade our privacy? Di Inggris, pada tahun 2004, pihak Sainsbury's yang mengeluarkan kartu Nectar dengan tegas menyatakan bahwa data yang dikumpulkan dari para pemegang kartu Nectar hanyalah nama, alamat, jenis kelamin dan contact details.

The voluntary Nectar scheme, on the other hand, collects strictly limited personal information and data on shopping habits and is governed by the 1988 Data Protection Act.

Sementara itu ada juga informasi yang datanya bersifat 'optional' seperti jumlah anggota keluarga dalam satu rumah, jumlah mobil dan dimana saja pemegang kartu itu berbelanja. Pihak Nectar pun menjamin bahwa:

The information is stored in one of the country's largest databases but is not sold on or shared with companies outside the scheme.

Pada tahun 2005, di Amerika, Martin H. Bosworth dari Consumer Affairs dalam artikelnya Loyalty Cards: Reward or Threat? (11 July 2005), mempersoalkan keberadaan kartu "setia" ini dan menanyakan mana yang lebih penting: saving money or protecting your privacy?

Dari hasil poling (2004) yang dilakukan oleh College of Communication - Boston University, 86% dari penduduk Amerika yang berbelanja, menggunakan kartu diskon. Dari jumlah persentasi itu, the majority of them say the benefits of the card are worth giving up some privacy. Meskipun tidak dijelaskan persentasi dari 'MAJORITY', ada indikasi bahwa, berdasarkan poling tersebut, saving money lebih penting dari pada protecting privacy.

Bagaimana seseorang bisa 'save money' apabila kita 'dibius' untuk belanja terus? Siapa yang tidak tergiur dengan kalimat 'Sale up to ... %'. Masih menurut Consumer Affairs, "Everyday" items can be marked up from 28-71% after card programs are introduced. Salahkah Mbah kalau Mbah mengartikan bahwa secara tidak langsung, konsumen yang tidak mempunyai kartu sebenarnya telah mensubsidi pemegang Kartu Setia ini?

Walaupun demikian, menurut sumber yang sama, masyarakat Amerika semakin sadar apa yang sebenarnya terjadi terhadap data pribadi mereka.

However, many shoppers are increasingly aware that loyalty cards are being used to compile profiles of their shopping habits for later use, and that this data can be farmed out to business partners, telemarketers, and direct-mail solicitors. What isn't public knowledge, however, is how often discount card programs themselves are outsourced to other companies.

Safeway mengakui bahwa mereka menggunakan data tersebut untuk menghubungi konsumen apabila mereka menang kontes atau mendapat undian. Pada kenyataannya, Safeway pernah, pada suatu insiden, membocorkan data pribadi pengguna kartu Safeway kepada pihak yang "(tidak) berwajib". Untuk jelasnya Mbah kutip saja disini:

In a headline-making case from August of 2004, Philip Scott Lyons, a firefighter from Everett, Washington, was arrested and accused of arson after a police canine unit sniffed out a fire starter unit hidden in his home with a Safeway label attached. Safeway provided the Lyons' purchasing history to the police, revealing that they did buy the fire starter a month earlier. The charges were later dropped when another person came forward and confessed to the crime. The fact remains, however, that Safeway provided a customer's personal information to law enforcement, thus skirting the Constitutional and Federal laws that prohibit government and police agencies from collecting personal information and creating databases.

Jika Consumer Affairs mengatakan bahwa ada produk tertentu yang memang sengaja dinaikkan (harganya) terlebih dahulu sehingga manfaatnya nyata terasa oleh pemegang kartu, suatu koran maya yang berbasis di Kenya dengan gamblang membahas bagaimana Loyalty Cards Make You a Bigger Spender (3 Sept 2008). Artikel sepanjang 3 halaman ini mencatat apa yang terjadi di negara mereka sehubungan dengan profil pembeli: Now we have a busy industry of data-miners looking at your profile to glean specific observations on how you like to buy.

Tulisan itu juga mempertanyakan dua hal: Did you know that every time you buy something your shopping habits are tracked? Then what comes out is a report on what you like about as you shop. Koran yang sama juga membeberkan suatu kasus dimana ada orang yang mendapat telepon 'misterius': Last week someone received a call from one of the banks in the country enticing him buy into their products. But one critical question is, where do banks get these contacts? (Meskipun berbeda negara/lokasi kejadian, bukankah pertanyaan yang sama menjadi ganjalan/unek-unek teman karib(nya)/Prabu - Jakarta di Koki Unek-Unek?)

"In summary" dari artikel sepanjang 3 halaman itu (Big Spender) Mbah kopas dan cetak tebal disini:

- Supermarkets have more than a few tricks in pushing high-margin products.
- Smart card is giving supermarkets and other shopping outlets important information.

Dalam tulisannya Invasion of the Loyalty Cards (10 Sept 2008), Robert G. Howard menilai bahwa sebenarnya Kartu Setia itu telah menjadi candu dan pemegang kartu hampir selalu dihantui rasa bersalah apabila tak dapat 'menghemat uang' ataupun tak memperoleh poin.

Loyalty cards don’t necessarily encourage loyalty – they create a sense of guilt. When a shopper buys at a store without their loyalty card they feel guilt; guilt for not saving a few dollars or not earning their reward points. Loyalty cards are like an addiction; they’re hard to give up.

Removing and Updating Your Online Information: Facebook & Kompas
Pada posting-an sebelumnya, Mbah pernah menulis sedikit tentang Facebook sehubungan dengan 'pemalsuan' identitas dan proteksi data pribadi. Berhubung Mbah nggak punya akun di Facebook jadinya Mbah nguping sana-sini tentang pengalaman pengguna Facebook. Ada satu contoh lagi keluhan yang dialami oleh Di Mackey, dimana dia tak bisa menghapus data pribadinya dari Facebook. (Silahkan baca juga komentar dari para pembaca blog tsb.) Yang menjadi pertanyaan Mbah adalah: Apakah pada waktu mendaftar calon anggota belum tau bahwa data pribadi tidak bisa dihapus total? Apakah Terms of Use nya berubah seiring dengan berjalannya waktu?

Apapun alasannya, adalah hak setiap pengguna situs jejaring sosial untuk melakukan 'putus hubungan' dan berusaha melenyapkan data pribadi yang pernah tersimpan disana. Sementara itu, pihak pengelola pun berhak membuat ketentuan dan peraturan bagi para penggunanya. Kompas.com (untuk selanjutnya disebut Kompas) misalnya, dalam butir Kewajiban Pengguna mewajibkan pengguna yang terdaftar (registered member) untuk meng-up-date data pribadi mereka secara berkala (???). Untuk lengkapnya Mbah kutipkan bagian 'kewajiban' yang di-copas sesuai asli (berikut typo yang sengaja Mbah cetak tebal) tertanggal 20 November 2008 jam 11 pagi.

Dalam penggunaan Kompas.com. Anda setuju untuk:
1. memberikan informasi yang akurat, baru dan komplit tentang diri Anda saat mengisi formulir pendaftaran pada Kompas.com

2. menjaga keamanan password dan identifikasi Anda

3. menjaga dan secara berkala meng-update informasi tentang diri Anda dan informasi lainnya secara akurat, baru dan komplit

4. menerima seluru risiko dari akses ilegal atas informasi dan data regsitrasi

5. bertanggung jawab atas proteksi dan back up data dan atau peralatan yang digunakan


Anda juga tidak diperbolehkan untuk mengakses layanan, user accounts, sistem komputer atau jaringan secara tidak sah, dengan cara hacking, password mining atau cara lainnya.


Pengelola akan bekerjasama secara penuh dengan setiap pejabat penegak hukum atau perintah pengadilan yang meminta atau mengarahkan pengelola untuk mengungkapkan identitas dari siapapun yang memuati materi atau informasi seperti tersebut di atas.


Perlu Mbah tekankan, bahwa Mbah nggak/belum ada masalah dengan Kompas. Sebagai pengguna (non registered) Mbah paham dan (mau nggak mau) setuju dengan 'kebijakan' Kompas:


Jika Anda tidak setuju untuk terikat dengan semua peraturan yang berlaku, silakan untuk tidak menggunakan situs ini.


Mbah hanya tergelitik dengan poin 4, dimana disebutkan (Anda setuju) bahwa: menerima seluru (sic) risiko (sic) dari akses ilegal atas informasi dan data regsitrasi (sic) dan larangan untuk mengakses dengan cara hacking, password mining atau cara lainnya dimana sangsinya akan diusut dan diproses sesuai hukum.

Meskipun ada kata 'jaminan' bahwa data pribadi registered member 'aman', tidak menutup kemungkinan bagi Kompas untuk berbagi informasi dengan pihak ketiga. Kesediaan menjadi member berarti kesediaan memberikan alamat email dan info demografi. Meskipun demikian pengguna dapat menolak untuk diikutkan dalam Kuis, Undian dan Special Offer. Siapa yang tidak tergiur untuk "memperoleh" tawaran yang menarik ini ...? Bukankah data pribadi kita sudah terlanjur "masuk"? Yah ... sekalian aja ... iseng-iseng berhadiah, siapa tau dapat payung cantik ;) ? Ditambah lagi ... sudah kadung "I accept": Dengan menggunakan Kompas.com, berarti Anda setuju pada Syarat dan Ketentuan Keanggotaan kami.

Lalu apa hubungannya? Menjadi anggota suatu jejaring sosial atau milis, oleh "segelintir" individu dapat diartikan sebagai lambang "kesetiaan". Pertanyaannya, apakah "kita" adalah satu diantara SEGELINTIR itu?

(Thinking of Ibu H - Somewhere, wondering how she reacts ... Bukankah ada alasan tertentu bagi beliau untuk menggunakan ID baru? Mudah-mudahan "petunjuk" itu sudah mendapat "go ahead" dari Ibu itu. I understand I am not in a position to make any decision, but I do concern ... that's all.)

Sunday, 16 November 2008

Eksekusi: Satu Cara Mati "Terhormat"

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

Hari itu, Pohon Bermain terlihat sepi
Arena Penggiatan Baca-Tulis (Apebete) pun kosong-Melompong
Anak-anak yang terdaftar secara resmi di Apebete
Dihimbau untuk mengggunakan haknya
Berpartisipasi memberikan suaranya
Menentukan hidup-mati tiga orang siswa Pohon Bermain
Sudah sedari pagi tadi
Segala tabuh-tabuhan dikumandangkan
Demokrasi masih berdenyut, bergelora dan "bergeol-ria"

Anak-anak Sekolah Internasional
meninggalkan Apebete
Menuju KoBe (Kolam Bening)
Hari itu adalah Hari Eksekusi
Tiga orang siswa,
sebut saja Camar I, Camar II dan Camar III
Yang Budi Pekertinya
Diadu(kan) ke Kepala Sekolah (KS)

Meskipun KS bukanlah
orang yang secara langsung "memutuskan nafas" anak didiknya
yang "nakal" ataupun yang bermasalah,
namun, KS lah yang menentukan opsi
Bagaimana "seharusnya" eksekusi dilakukan
Jumlah dan jenis Opsi (dari Polling) tampaknya "mutlak" ditentukan oleh KS
Tak jelas apakah polling dirancang dan ditinjau kasus per kasus
ataukah tergantung delik aduan teman seperMAIAan
Yang pasti hari itu nasib Tiga Siswa dari Bangsa Camar
Akan ditentukan secara DEMOKRATIS
Akan tetapi, pilihan hukuman
untuk tiap-tiap anak yang akan diadili
berbeda satu sama lain
Mungkinkah … tindakan peng-ADIL-an
yang BERBEDA untuk setiap "pesakitan"
adalah bukti dan wujud dari konsistensi suatu "flexibility"?

Eksekusi Camar I berjalan cukup lancar,
Satu opsi tambahan diselipkan
Pada saat pemilihan sedang berlangsung
Suatu opsi yang cukup mematikan,
ditambahkan secara tak terduga dan "diam-diam"
sesuai dengan hak prerogatif KS
Puas atau tidak puas,
Selama "pembantaian" dilakukan berdasarkan "prosedur"
Dan memenuhi syarat,
Eksekusi wajib dilaksanakan sesuai dengan keputusan mayoritas
RIP Camar I, IP address mu tertera di batu nisanmu

Eksekusi Camar II pun berjalan mulus
Terpidana II ternyata meninggalkan surat wasiat
Tentang keiklasannya mati dengan cara "terhormat"
RIP Camar II, ternyata engkau memiliki dua nyawa
Satu mati, satunya lagi bangkit
Tidak menjadi masalah
Selama Page View nya kembali ke "normal"

Eksekusi Camar III cukup mengundang kontroversi
Kalau dua Camar pendahulu terkena suntik mati,
Camar III hanya disuntik "koma"
Mungkin ... komentar-komentar Camar III yang cukup argumentatif, jujur dan to the point yang menyelamatkannya dari "kematian"
Mungkin juga karena polling yang (sengaja) didesain sedemikian rupa sehingga Camar III masih berhak duduk di Pohon Bermain

Ketika eksekusi selesai dilaksanakan
Seorang Nenek Berambut Silver yang hanya berbicara
tentang apa yang diketahuinya saja
Bertanya kepada seorang Siswa yang berdiri disampingnya
"Mungkinkah sebaiknya Polling Eksekusi dibakukan?"
Si Entong (anak itu), tersenyum getir,
"Tak ada masalah apakah polling nya dibakukan atau tidak, Nek" jawabnya pelan.
"Bukankah tujuan awal pengadaan polling adalah untuk lucu-lucuan?" sambungnya lagi ... kali ini dengan seukir senyum di salah satu sudut bibirnya.

Friday, 24 October 2008

The More It Bends ...

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

~ Abraham Lincoln ~



It's pretty ... pretty "amusing" ;)

Tuesday, 21 October 2008

On (Your Highness) Democracy ... HaHa!

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

~ Art Spander ~

The great thing about "flexibility" is that
you can add (one) more option(s)
while voting is still in progress ;)

~ Alan Corenk ~

Although democracy consists of
respecting the result of the online polling,
you can always exercise your "flexibility" and wisdom
by "omitting" one of the options in the (already closed) polls ;)

Monday, 20 October 2008

IP Addresses - Here You Go Again ...

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

Pernahkah pembaca yang budiman dan budiwati mengintip 'Privacy Policy' di Kompas.com? Kalau belum silahkan baca kutipan yang bercetak miring ... keh keh keh.

Mbah ada dua pertanyaan:

1. ada nggak ya ... istilah "demokrasi poll2an"? Klo lucu2an sih Mbah pernah dengar. Duh sedih dan prihatin amat Mbah menontonnya.

2. Beda 'diperintahkan oleh publik/polling/majority - whatever ...' dengan 'diperintahkan oleh hukum' itu ... ada nggak sih? Beti(pis) atau Beteb(al)?

IP Addresses

Kompas.com menyimpan IP (Internet Protocol) address, atau lokasi komputer Anda di Internet, untuk keperluan administrasi sistem dan troubleshooting. Kami menggunakan IP address secara keseluruhan (agregat) untuk mengetahui lokasi-lokasi yang mengakses situs kami.

INFORMASI LAINNYA: Kepatuhan Pada Proses Hukum
Kami dapat menyampaikan informasi pribadi jika diperintahkan oleh hukum atau percaya bahwa langkah tersebut adalah perlu dilakukan untuk (1) patuh pada hukum atau proses pengadilan; (2) melindungi dan mempertahankan hak cipta dan hak milik kami; (3) melindungi terhadap penyalahgunaan atau penggunaan tanpa ijin dari situs web kami; atau (4) melindungi keamanan pribadi atau properti atas pengguna kami atau publik (di antara hal lainnya, hal ini berarti jika Anda memberikan informasi palsu atau berpura-pura menjadi orang lain, informasi mengenai diri Anda dapat kami sampaikan sebagai bagian dari penyelidikan atas tindakan Anda).

Catatan: Dikutip dengan cara copy-paste sesuai aslinya pada tanggal 20 Oktober 2008.


Tuesday, 20 May 2008

Asal Usul: The Show Must Go on!

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

Petang itu
Telaga bening, hening
Musim bersemi
Cinta berseri

Sepasang itik Mallard
Hanyut
Dalam buaian
Telaga bening

Di salah satu sudut telaga
Sekelompok ikan berenang riang
Sesekali mendongakkan kepalanya
Muncul disela-sela tumbuhan teratai

Titi si merpati yang sedang memandangi sepasang Mallard itu
Mengalihkan pandangannya ke arah ikan-ikan tersebut
Teringat akan sahabatnya Ikan Jingga
Selepas musim dingin
Tak lagi dilihatnya si Jingga

Sepasang merpati terbang rendah
Melayang sesaat di atas telaga
Menukik di atas tembok beton
Ternyata pasangan Abunk dan Yayank

Keduanya sungguh fotogenit dan tampak serasi
Lengket terus seperti cups and saucers

"Yank, udah tau lom tentang nasib kolom 'Asal Usul'?" tanya Abunk.
"Dulu sih rasa-rasanya ada yang menanyakan, emangnya kenape?" si Yayank balik bertanya.
"Kolom yang sudah berusia 23 tahun itu udah bubar," jelas Abunk singkat.
"Bubar!!!?" kata Yayank setengah berteriak saking terperanjatnya.
"Ya, betul sekali, Yank. Ini aku bacakan kutipannya dari blog pengasuh rubrik itu, Ariel Heryanto," sambung Abunk sambil membacakan kutipan itu dengan lantang.
"Pada akhir April 2008, redaksi Kompas memutuskan untuk menghapuskan rubrik tersebut, tanpa menyebutkan alasan."

"Jadi, seperti pemutusan sepihak?" tanya Yayank setengah berbisik.
"Sebagian 'kecil' orang, mungkin, akan mengambil kesimpulan sepertimu, Yank. Naskah terakhir beliau yang berjudul Pesona adalah tulisannya yang mengalami 'ulur-tarik'. Pesona, seperti yang ditulis Ariel di blognya, ditolak at the last minute sebelum edisi suratkabar naik cetak, tapi kemudian tulisan tersebut digolkan di Kompas cetak versi online."
"Kalau rubriknya 'diputus' tanpa alasan, apakah ada alasan dari penolakan artikel di edisi paper cetak tsb?" tanya Yayank lagi.
"Oh ... alasannya, masih menurut Ariel sendiri, mengutip penuturan Kompas, adalah 'resiko keamanan'," jawab Abunk.
Yayank tak bereaksi sedikitpun.

Dalam sejenak, pasangan Abunk dan Yayank terdiam
Sibuk dengan pikiran masing-masing
Keduanya terhenyak
Menarik nafas ... serentak
Sementara itu pasangan Mallard
Masih berasyik-masyuk di bawah sana
Bermain air

Di sudut yang lain,
Kerumunan ikan-ikan kecil, dan
ikan-ikan besar
Meninggalkan riak-riak kecil
Bergejolak ringan
Di bawah dedaunan teratai

Kerumunan ikan itu menarik perhatian Yayank
Sepintas dilihatnya sekelebat ikan Jingga kecil
Dipasangnya telinganya baik-baik dan,
diarahkannya pandangannya ke rerimbunan teratai

"Mas, kau lihat Mas ...," hanya itu yang bisa diucapkan oleh Yayank.
"Ya ... aku lihat ... si Jingga, kan?" jawab Abunk yang sedari tadi mengikuti arah pandangan mata Yayank.

Abunk dan Yayank kemudian mendengarkan pembicaraan yang terjadi di balik rerumputan di tepi kolam itu dengan seksama.

"Jingga, seharusnya kamu berada di akuarium, bukan disini, di kolam ini," kata Ikan Senior.
"Maafkan aku Ikan Senior, sepertinya ada penyusup, akuarium bobol dan akupun terdampar disini," jawab Ikan Jingga yang tidak begitu tahu persis di kolam mana dia berada.

"Oh begitukah ceritanya? Aku pikir kau sudah senang-senang disana, makan disuapin dan mandi pun 'diobok-obok mesra'," pancing Ikan Senior.
"Tadinya memang aku bahagia, karena aku mulai belajar mempercayai Tuanku, dan aku pun mulai membuka diri. Pada awalnya Usul Asal-asalan-ku itu tak digubris. Tapi selang beberapa saat, mungkin setelah dikonsultasikan kepada yang punya 'power,' usulanku itu dikomentari dibawah komentarku dan gagasanku itu dimodifikasi sesuai kebijaksanaan dalam negri. Aku bangga, aku ditawarkan untuk 'bertelur' secara kontinu, seingatku minimal dua-tiga kali dalam seminggu," kata Ikan Jingga sambil memalingkan wajahnya.
"That's too much. Aku tolak dengan sopan, tentu saja aku harus memperhatikan alat reproduksiku. Lagian aku menulis just for fun, tak ada beban, I am not a machine," sambung Jingga pelan.

"Jangan sedih, Nak, engkau tidak sendirian," hibur Ikan Senior.
"Ya aku tau, aku barusan mendengar pembicaraan Abunk and Yayank, kolumnis sekaliber Ariel Heryanto aja, tulisannya sudah lebih dari satu kali yang ditolak. Sedangkan aku, meskipun tulisan utamaku TAK pernah masuk recycle bin sekalipun, aku SEMPAT penasaran dengan nasib surat terakhirku untuk si Koko," celoteh Jingga panjang lebar.

"Hm, ini bukan pertama kalinya kau menyebut tentang si Koko. Kenapa tidak kau tanyakan langsung pada Tuanku itu? Tuh dia lagi santai di pulau," tantang Ikan Senior.
"Aku? Menanyakan hal 'sepele' itu kepadanya? Boleh jadi aku sungkan menanyakannya, bisa jadi juga aku gengsi untuk mempersoalkannya. Setelah aku baca berulang-ulang arsip suratku sendiri, isinya itu MUNGKIN sedikit bernada 'keras' dan dapat mengusik preman, maksudku ... suratku itu punya potensi 'resiko keamanan,' atau mengarah pada 'pencemaran' nama baik seseorang, atau bahkan dua orang, yang cukup 'terhormat'. Aku hanya bisa mereka-reka. Akhirnya akupun harus menerima dan memutuskan untuk bersikap menghargai kebijakan dan keputusan redaktur," tambah Ikan Jingga.
"Itu hak mu, cuma aku tetap menyarankan untuk terbuka dan komunikasikanlah baik-baik, mungkin terjadi human error, ada penyusup yang menghilangkan barang bukti, bukankah server pada waktu itu sedang jeblok pertahanannya? Lagian, ente ini siape? Hello? Mungkin ada kesalahan teknis. Bukankah kita sudah sering dengar bahwa beberapa surat tak sampai tujuan?" jelas Ikan Senior panjang lebar.
"Terima kasih Ikan Senior, kejadiannya sudah lama, aku sudah minum Panadol dan aku sudah lupa. Cuma dalam rangka Harkitnas ini dan sehubungan dengan matinya kolom Asal Usul, aku jadi bertanya-tanya sudah bangkitkah negara ini? Sudah dijaminkah 'kebebasan' pers? Sampai sejauh manakah jargon-jargon 'Apa Saja-Siapa Saja' dapat diterapkan? Bukankah sangat ironis, apabila ketika kita mengobarkan semangat 'keterbukaan,' 'kebebasan' menulis, kita sendiri dikebiri dan mengibiri?" kata si Jingga panjang-lebar, seperti kepada dirinya sendiri.
Ikan Senior pun terdiam ... membisu.

Abunk yang mendengarkan percakapan ikan-ikan dibalik teratai itu sebenarnya paham, seringnya dia mondar-mandir di pulau sedikit banyak membuatnya dapat mengendus dan mengetahui atmosfir di dalam pulau. Saudara jauhnya dulu pernah menjadi 'orang dalam'.

"Kau tau, Yank, hal yang lebih 'lazim' terjadi adalah meletakkan segala keputusan dan kebijakan kepada pihak yang lebih berkuasa, lepas dari apakah majority ruled," kata Abunk.
"You can't win, can you?" kata Yayank.
Dalam sejenak, pasangan Merpati itu tak berkata-kata, sampai akhirnya Yayank berujar pelan:
"Apakah ada kaitannya dengan dunia pers yang, MUNGKIN, masih bersifat patriarki?"
"Terserah Yayank lah mau mengaitkannya dengan dunia patriarki, yang jelas, Ada Power Ada Policy, titik," jawab Abunk ketus sambil menambahkan: "Seandainya ..."

Belum sempat Abunk meneruskan posisinya, seekor Magpie hinggap di dahan pohon dan memotong pembicaraan mereka.
"Yayank benar Abunk, aku sependapat," kata Magpie menimpali.
"Prinsip ku, secara pribadi sih, jangan sampai pagar makan tanaman, jangan biting the hand that feeds you. Sederhana bukan?" sambung Magpie lagi.
"Asal jangan kau artikan ABS (Asal Bokap Senang) aja," jawab Abunk asal-asalan.

"Aku makan dari pohon ini, aku membuat sarang di pohon ini dengan membawa 'sampah' (ranting-ranting kecil) ke pohon ini. Pohon ini memberikan perlindungan bagi aku dan keluargaku. Mana mungkin aku berbuat 'nakal' terhadap pohon ini?" kata Magpie yang kemudian terbang dan mendarat di sandaran kursi taman.

"Kursi, seperti biasa, kau selalu sailen-sailen, nguping sana, nguping sini," kata Magpie kepada Kursi.
"Ah kau Magpie, ada-ada aja. Meskipun sekarang ini Harkitnas, aku tak akan 'bangkit'," kata Kursi singkat.
"Say something, Kursi," desak Magpie.
"Kupikir, Yayank ada benarnya," tegas Kursi.
"Tentang patriarki itu?" sambar Magpie cepat.
Kursi tak menjawab pertanyaan Magpie secara eksplisit.
"Sekarang, aku jadi lebih mengerti dan paham, betapa beratnya perjuangan TUANKU Angsa Putih. But ... the show must go on," jawab Kursi.
"Just like that?" tanya Magpie.
"Yup, kaum yang dianggap less powerful sebenarnya punya 'power' juga, untuk take it OR leave it OR sailen-sailen," kata Kursi menutup pembicaraan.

Senja semakin tua
Boelan yang sedari tadi bermalas-malasan di langit
Terbangun
Digelitiki dedaunan

"Aaah ..." katanya manja kegelian
Senang digodain oleh Tuan Daun
Mr Angin cemburu.
"Lihat siapa yang punya power disini," katanya dalam hati.
Mr Angin bergeming
Membuat Tuan Daun terdiam
Tak lagi dapat bercanda dengan Boelan

Sesaat kemudian,
Mr Angin menghembuskan angin kencang
Kesempatan yang dipakai Bang Awan Kelabu untuk membelai pipi Boelan
Pipi Boelan memerah djamboe
"Aaah ... the show must go on!" hanya itu jawab Boelan.

Mr Angin kembali cemburu
Dihembuskannya angin yang lebih besar lagi
Bang Awan Kelabu beranjak pergi
Bulan bersih, kuning ke-emasan
Momen itu digunakan oleh Mr Angin untuk mengecup Boelan
"Ouuch! Lelaki, lelaki, power patriarki. Ternyata saat ini ANGIN yang punya power," kata Boelan tak berkutik.
"Policy itu, selalu mengikuti kemana berhembusnya angin, chayank," kata Mr Angin dengan penuh percaya diri. Sambil berlalu didendangkannya Cinta Sebening Embun Ebiet G. Ade.
...
Gelora cinta

Gelora dalam dada

Kenapa tak kau hiraukan ...

Old Gum Tree, Harkitnas, 2008



Cinta Sebening Embun (Ebiet G. Ade)
Source: embunsemibar@YouTube

Catatan: Dalam postingan Akhir Sebuah Cerita, sebanyak dua kali Ariel Heryanto menuliskan judul Persona, meskipun dalam postingan sebelumnya dan judul yang diterbitkan di Kompas online berbunyi Pesona.

Sunday, 18 May 2008

Menyusupi Tubuh Ibu

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

Berikut ini adalah cerita foto dari si Oecok

Ini aku, Oecok

Ini foto keluargakoe
Ibu mengasuh ke empat adik-adikkoe
Ayah sedang bersolek (preening)

Salah satu adikkoe sedang menyusupi tubuh Ibu

Aku memutuskan untuk mencari angin

Tak lama kemudian
Tiga adikkoe menyusupi tubuh Ibu

Ibukoe tampak berjaga-jaga

Lihat! Lihat!
Ketiga adikkoe itu sudah masuk di dalam tubuh Ibu

Adikkoe yang lainpun akhirnya menyusupi tubuh Ibu

Aduh!
Sesak sekali di dalam
Adik-adikkoe hanya memenuhi salah satu sayap Ibu

Salah satu adikkoe keluar
Ibu menoleh ke kiri

Adikkoe yang lain menjulurkan kepalanya
Ibu menoleh ke kanan

Aduh ternyata enak sekali menyusupi tubuh Ibu
Banyak sekali bacaan dan pemandangan disana
Semoga Ibu selalu ada di hati kami semua
Sampai selama-lama nya
Sampai pada saatnya ...

Kalau Oecok udah besar nanti ...
Oecok mau menyediakan kedua sayapkoe
Untuk disusupi oleh anak-anak Oecok juga

Friday, 16 May 2008

Canada Geese dan Anak Tunggalnya

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

Keluarga Canada Geese dengan anak tunggalnya

Selalu kompak, dimana saja, kapan saja.

Memberi contoh kepada anaknya bagaimana caranya berburu nyamuk.

Begini loh, nak, kata Tuan Canada Geese

Nyonya Canada Geese selalu memantau si Kecil.

Foto-foto 'syuur' abis kecebyuuuur

Nyonya Canada Geese sibuk bergerilya memerangi 'penyusup' sampai ke celah-celah yang 'rawan'.

Sunbathing, topless, mirip pose 'Splash' (putri duyung).

Thursday, 15 May 2008

The Greylag Geese and Their Goslings

~ Mbah MD - Old Gum Tree ~

From these photographs alone, I noticed that most of the time, the goslings are always behind the female Goose, while the male one stays behind them or behind the female goose.